UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MELALUI
METODE MAKE A MATCH MATERI INDAHNYA SALING
MENGHARGAI
DALAM KERAGAMAN PADA SISWA
KELAS IV SDN 42 TALANG UBI
KECAMATAN TALANG UBI
Penelitian
Tindakan Kelas
Disusun
untuk memenuhi tugas Lokakarya PPG dalam Jabatan 2023
LPTK
UIN Raden fatah palembang
Disusun
Oleh:
SAIPUL ANWAR
NIM:
22104180432
PENDIDIKAN
PROFESI GURU DALAM JABATAN LPTK UIN
RADEN FATAH PALEMBANG
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN
ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada penulis.
Berkat karunia dan kemurahan Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui
Metode Make A Match Materi Indahnya
Saling Menghargai Dalam Keragaman Pada Siswa Kelas IV SDN 42 Talang Ubi
Kecamatan Talang Ubi.
Dalam penyusunan
proposal penelitian tindakan kelas ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada
semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis
menyadari bahwa penyusunan proposal penelitian tindakan kelas ini jauh dari
sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak selalu penulis harapkan.
Penulis
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MELALUI
METODE MAKE A MATCH MATERI INDAHNYA SALING
MENGHARGAI
DALAM KERAGAMAN PADA SISWA
KELAS IV SDN 42 TALANG UBI
KECAMATAN TALANG UBI
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi tinggi
rendahnya hasil belajar peserta didik. Di kelas IV SDN 42 Talang Ubi, metode
pembelajaran yang digunakan pendidik adalah metode ceramah dan tanya jawab.
Pendidik berusaha melibatkan seluruh peserta didik dalam proses pembelajaran
dan merangsang keaktifan belajar peserta didik namun keterlibatan peserta didik
dalam proses pembelajaran hanya didominasi oleh sebagian peserta didik tertentu
saja dan masih banyak peserta didik kurang berpartisipasi dalam proses
pembelajaran. Sehingga hasil belajar peserta didik pada materi Indahnya Saling
Menghargai Dalam Keragaman kelas IV SDN 42 Talang Ubi tergolong rendah. Oleh
karena itu, perlu diterapkan suatu pembelajaran yang dapat membuat peserta
didik aktif. Salah satu metode yang digunakan adalah metode Make a Match. Metode Make a Match adalah peserta didik mencari pasangan sambil
belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Rumusan
masalah pada penelitian ini adalah “Apakah metode Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
Indahnya Saling Menghargai Dalam Keragaman kelas IV SDN 42 Talang Ubi?”.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data sejauh mana penerapan Make a Match dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik pada materi Indahnya Saling Menghargai Dalam Keragaman
kelas IV SDN 42 Talang Ubi
Penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research),dilakukan sebanyak tiga siklus. Setiap siklus dilakukan
dua kali pertemuan, dengan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah seluruh peserta didik
kelas IV SDN 42 Talang Ubi Tahun Pelajaran 2022 /2023 dengan jumlah 15 peserta
didik. Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan tes pada setiap siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami
peningkatan. Persentase ketuntasan juga meningkat. Pada pra survei persentase
ketuntasan sebesar 40%. siklus I sebesar 70 % dan siklus II sebesar 85 % dan
siklus III 100%. Demikian metode pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di
kelas IV SDN 42 Talang Ubi.
Kata Kunci : Hasil Belajar Peserta Didik
dan Metode Make a Match
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
........................................................................................ i
ABSTRAK...................... iv
DAFTAR ISI.................... v
DAFTAR GAMBAR
...................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
............................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah
....................................................................................... 6
C.
Tujuan Penelitian
......................................................................................... 6
D.
Manfaat Penelitian
....................................................................................... 6
BAB II LANDASAN
TEORI
A.
Deskripsi Kontekstual ................................................................................. 8
B.
Penelitian Terdahulu
.................................................................................... 24
BAB III METODE
PENELITIAN
A.
Jenis Penlitian .............................................................................................. 27
B.
Subyek Penelitian
........................................................................................ 27
C.
Rancangan Tindakan
................................................................................... 29
D.
Desain dan Prosedur
Tindakan
................................................................... 31
E.
Sumber Data
............................................................................................... 33
F.
Teknik Pengumpulan Data
.......................................................................... 33
G.
Instrumen Penilaian
..................................................................................... 34
H.
Analisis Data
............................................................................................... 35
I.
Indikator Keberhasilan
................................................................................ 37
BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Hasil Penelitian
........................................................................... 38
B.
Pembahasan
................................................................................................. 45
BAB V KESIMPILAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
.................................................................................................
50
B.
Saran
...........................................................................................................
50
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR
TABEL
TABEL 1 .......................................................................................................... 2
TABEL 2
......................................................................................................... 28
TABEL 3
......................................................................................................... 31 TABEL 4
.......................................................................................................... 36 DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1
..................................................................................................... 18 GAMBAR 2
..................................................................................................... 37
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
merupakan salah satu upaya yang dilakukan secara sadar dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 dinyatakan pendidikan sebagai usaha
sadar untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat bangsa dan negara.[1]
Tujuan pendidikan
nasional adalah “menumbuh kembangkan pribadipribadi yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”.[2]
Berlandaskan pada dasar hukum di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk dapat
melaksanakan proses pendidikan serta mewujudkan tujuan pendidikan nasional
dibutuhkan peran seorang pendidik
Pendidikan
menjadi media yang mempunyai pengaruh untuk menentukan arah kesuksesan negara.
Pendidikan menjadi pilar dalam upaya pengembangan sumber daya manusia. Seiring
perkembangan, kurikulum mengalami perubahan demi perubahan sebagai respon atau
kondisi saat ini.[3][4]Sependapat
dengan hal tersebut, islam juga sangat mengutamakan pendidikan sebagaimana
firman Allah SWT dalam QS Az-Zumar surat ke-39 ayat 9 yang berbunyi :
قلُْ
هَلْ يَسْتىَِي الذَِّيْهَ يَعْلَمُىْنَ وَالذَِّيْهَ لََ يَعْلَمُىْنَ ۗ اِومََّا
يَتذَكََّزُ اوُلىُا الَْلَْبَابِ ࣖ
Artinya:
“Apakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orangorang yang tidak mengetahui?” sebenarnya hanya orang yang berakal
sehat yang dapat menerima pelajaran”.[5]
Ayat tersebut
menjelaskan bahwa pendidikan merupakan faktor utama yang ditingkatkan
kualitasnya, maju mundurnya peradaban masyarakat atau bangsa akan terlihat dari
tingkat pendidikan. Pendidikan adalah investasi suatu bangsa, pendidikan adalah
bekal hidup dan kehidupan manusia di masa kini dan masa mendatang, dan
pendidikan memiliki pengaruh terhadap semua aspek kehidupan
Hal ini berarti
bahwa untuk menjadi seorang pendidik yang profesional, selain memiliki
kesehatan jasmani dan rohani pendidik harus memiliki kompetensi baik secara
kualifikasi akademik maupun kompetensi dasar sebagai pendidik. Salah satu
kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang pendidik adalah kompetensi
profesional, diantaranya pendidik harus mampu mengelolah programbelajar
mengajar dengan baik, terutama kemampuan mengenal serta menggunakan metode
mengajar yang tepat. Karena hal ini turut menentukan tujuan setiap
pembelajaran. Banyaknya pelajaran yang diajarkan di sekolah, membuat pendidik
harus semakin terampil dalam menentukan dan menetapkan metode mengajar yang
tepat, diantaranya metode yang dipakai harus sesuai dengan materi dan tujuannya
serta tingkat usia peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan kegiatan belajar
peserta didik. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
mengajar (pembelajaran) merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik sebagai anak didik.
Belajar bukan
menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. 55 Sedangkan dalam
pengertian yang sangat luas, belajar diartikan oleh Anita E. Woolfolk [6](dalam Agus
Taufiq) sebagai perubahan perilaku akibat dari suatu pengalaman tertentu.
Belajar terjadi bilamana pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan,
dan perilaku yang relatif permanen pada seseorang atau individu. Jadi anak SD
telah belajar jika dia menunjukkan perubahan pengetahuan, sikap, atau
keterampilan tertentu yang bersifat menetap sebagai akibat anak itu mengalami
sesuatu artinya aktif atau sadar berinteraksi dengan lingkungan tertentu. [7]Untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia salah satu caranya adalah dengan
melaksanakan proses belajar dan pembelajaran yang efektif sehingga hasil
belajar dapat dicapai dengan optimal. Belajar merupakan salah satu faktor yang
berperan untuk memberikan pengaruh dalam proses pembentukan pribadi dan
perilaku seorang individu. Sebagian perkembangan individu berlangsung melalui
kegiatan belajar secara berkelanjutan. Setelah melakukan pembelajaran peserta
didik akan mendapatkan hasil belajar.
Peserta didik
adalah mahkluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain untuk mencapai
keberhasilan dalam pendidikan. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta
didik, diharapkan seorang pendidik berperan aktif dalam mendidik peserta didik
seperti menerapakan metode pembelajaran yang efektif agar peserta didik
memahami materi yang diajarkan. Dengan kata lain, metode adalah cara yang
digunakan pendidik dalam membelajarkan peserta didik. Karena metode lebih
menekankan pada peran pendidik. [8] Oleh
karena itu, pendidik dalam memilih metode mengajar harus tepat dengan tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan. Pemilihan metode ini sangat berpengaruh
terhadap hasil yang akan diperoleh. Selain itu, pemilihan metode pengajaran
yang tepat akan menimbulkan pembelajaran yang menarik.
Hal ini
berdasarkan pengamatan penulis di kelas IV SD
Negeri 42 Talang Ubi di mana pendidik dalam mengajar belum menggunakan
metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi. Sehingga hal ini berdampak pada
rendahnya hasil belajar peserta didik. Proses pembelajaran belum terlaksana
dengan baik. Hasil belajar akan menunjukan tingkat pencapaian maksimal, dapat
tercapai apabila seorang pendidik menguasai metode
dalam mengajar yang efektif sesuai dengan kriteria peserta didik dan pada
penelitian ini, peneliti mendapatkan kurang maksimalnya hasil belajar peserta
didik. Peserta didik yang memperoleh nilai hasil belajarnya sesuai KKTP yang
telah ditetapkan dianggap telah berhasil dalam belajar, sebaliknya peserta
didik yang nilai hasil belajarnya belum mencapai KKTP yang telah ditetapkan,
maka peserta didik tersebut dianggap belum berhasil dalam belajar. Di bawah ini
adalah daftar nama peserta didik dan hasil yang dicapai.
Tabel 1 Data Awal Nilai
PAI Kelas IV SD Negeri 42 Talang Ubi Tahun Pelajaran 2022 /2023
No |
Nama
Peserta |
KKTP |
Nilai
|
Nilai
Keterangan |
1 |
Anton Saputra |
70 |
50 |
Tidak Tuntas |
2 |
Anugrah Pratama |
70 |
60 |
Tidak Tuntas |
3 |
Cinta Laura |
70 |
78 |
Tuntas |
4 |
Deski Wijaya |
70 |
60 |
Tidak Tuntas |
5 |
Priska Apriani |
70 |
80 |
Tuntas |
6 |
Ploren Margareta |
70 |
80 |
Tuntas |
7 |
M Esdi |
70 |
58 |
Tidak Tuntas |
8 |
M Yahya At-Te’i |
70 |
78 |
Tuntas |
9 |
Melisa Nopira |
70 |
75 |
Tuntas |
10 |
Putri |
70 |
55 |
Tidak Tuntas |
11 |
Raffi Epriyadi |
70 |
60 |
Tidak Tuntas |
12 |
Ruben Pratama |
70 |
60 |
Tidak Tuntas |
13 |
Salwa Selpia |
70 |
75 |
Tuntas |
14 |
Serin Olivia |
70 |
60 |
Tidak Tuntas |
15 |
Sirel |
70 |
65 |
Tidak Tuntas |
rata-rata
|
66,26
|
|||
peserta
didik yang tuntas |
6 |
|||
peserta
didik yang tidak tuntas |
9 |
|||
presentase
peserta didik yang tuntas |
40%
|
|||
presentase
peserta didik yang tidak tuntas |
60%
|
Berdasarkan tabel di atas dari seluruh peserta
didik kelas IV pada semester ganjil
tahun pelajaran 2022 /2023 pada Indahnya Saling Menghargai Dalam Keragaman
kelas IV SDN 42 Talang Ubi terdapat 9 peserta didik (60%) belum mencapai batas
Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP). Sedangkan nilai KKTP yang
ditetapkan oleh SD Negeri 42 Talang Ubi
adalah 70.
Oleh karena itu
perlu pembaharuan yang dilakukan oleh pendidik dalam melaksanakan pembelajaran
yang mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan metode
pembelajaran yang mampu menumbuhkan motivasi dan minat belajar peserta didik
untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, yaitu dengan menggunakan metode
make a match (mencari pasangan).
Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curan (dalam Nugroho Adhi Santoso Dan
Slameto) metode make a match dapat
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik,
keunggulan dalam metode ini peserta didik belajar menyenangkan dengan mencari
sendiri pasangan mengenai suatu konsep atau topik, dengan mencari pasangan
sendiri suatu konsep atau topik peserta didik dapat terlibat aktif dalam
pembelajaran. Proses pembelajaran dapat menyebabkan timbulnya interaksi antara
pendidik dengan peserta didik, ataupun peserta didik dengan peserta didik itu
sendiri. Aktifitas peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran akan
mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan meningkatkan
hasil belajar.[9]
Pembelajaran
kooperatif tipe make a match merupakan metode yang dapat melibatkan peserta
didik secara aktif sehingga peserta didik menjadi subjek pembelajaran bukan
objek pembelajaran.[10] Peneliti
memilih metode make a match karena
metode ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat membuat peserta
didik aktif dalam pembelajaran. Metode make
a match dapat menarik perhatian peserta didik untuk ikut berpartisipasi
dalam proses pembelajaran dengan mencari pasangan kartu sambil belajar mengenai
konsep materi dalam suasana yang menyenangkan. Dengan metode pembelajaran ini
peserta didik akan berani dalam mengemukakan pendapatnya, peserta didik juga
akan mudah mempelajari materi. Pemahaman peserta didik terhadap materi akan
berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Penerapan metode make a match diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal inilah yang menarik bagi penulis
untuk mengadakan penelitian jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui
Metode Make A Match Materi Indahnya Saling
Menghargai Dalam Keragaman kelas IV SDN 42 Talang Ubi”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang dikemukakan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: ” Apakah Penerapan metode make
a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas IV SD Negeri 42
Talang Ubi ?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Metode Make A Match
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik di
Kelas IV SD Negeri 42 Talang Ubi
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagi Sekolah
Sebagai acuan dalam upaya
meningkatkan kualitas belajar mengajar bidang studi Pendidikan Agama
Islam.
2.
Bagi Guru Bidang Studi
Pendidikan Agama Islam
Sebagai bahan acuan dan memberikan
alternatif dalam mengunakan model dan metode pembelajaran pada bidang studi
Pendidikan Agama Islam.
3.
Dapat dijadikan bahan
referensi, gambaran serta acuan dalam penggunaan model dan metode pembelajaran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Kontekstual
1. Metode Make a
Match
a. Pengertian Metode Make a Match
Metode adalah
cara yang digunakan pendidik dalam membelajarkan peserta didik. Karena metode
lebih menekankan pada peran pendidik.[11]
Make a Match merupakan salah satu
jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangan oleh
Lorna Curran. Salah satu keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.1[12][13]
Pembelajaran
kooperatif tipe make a match merupakan
metode yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif sehingga peserta didik
menjadi subjek pembelajaran bukan objek pembelajaran. Make a Match merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan
melalui permainan kartu, yaitu peserta didik diminta untuk mencari pasangan
kartu yang merupakan pertanyaan atau jawaban sebelum habis batas waktu
permainan. Peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.[14] Hal-hal
yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode make a match yaitu kartu-kartu.
Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan
kartu yang berisi jawaban dari pertanyaanpertanyan tersebut.13
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran make a
match merupakan suatu jenis pembelajaran kooperatif yang diterapkan dengan
teknik mencari pasangan dengan bantuan kartu dan diberi poin apabila anak yang
dapat mencocokkan kartunya. Serta dapat melatih anak untuk belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan. Penerapan metode make a match ini diharapkan mampu menciptakan
suasana belajar yang aktif dan menyenangkan serta materi pembelajaran yang
disampaikan akan lebih menarik perhatian peserta didik, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Metode make a match atau mencari
pasangan seperti difirmankan dalam Al-
Qur’an surat Yasin
ayat 36 yang berbunyi:
سُبۡحٰهَ الذَِّيۡ خَلقََ
الَۡسَۡوَاجَ كُلهََّا مِمَّا تىُۡۡۢبتُِ
الَۡرَۡضُ وَمِهۡ اوَۡفسُِهِمۡ وَمِمَّا لََ يعَۡلمَُىۡنَ
Artinya: “Maha suci Tuhan yang telah menciptakan
pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari
diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. [15]
Dari firman Allah
di atas bahwa, Allah telah menciptakan apa yang ada dimuka bumi ini dengan
berpasang-pasangan baik dari diri kita maupun dari apa yang tidak kita ketahui.
b. Tujuan
Metode Make a Match
Penerapan metode make a match dalam proses belajar mengajar memiliki 3 tujuan utama,
yakni untuk mendalami materi, untuk mempelajari materi, dan untuk selingan
ketika pendidik menyampaikan materi. Tujuan penggunaan metode make a match yang
dipakai untuk selingan (games) ketika proses belajar mengajar sedang
berlangsung akan tetapi peserta didik mengalami kejenuhan, atau konsentrasi
peserta didik tidak fokus lagi pada materi yang sedang dipelajarinya sehingga
membutuhkan suasana segar. Pengembangan metode make a match pada mulanya
merancang metode ini untuk pendalaman materi, peserta didik dilatih mendalami
materi dengan cara memasangkan antara pertanyaan dan jawaban. Oleh karenanya sebelum metode ini digunakan
peserta didik perlu mendapatkan penjelasan tentang isi materi pelajaran dari
pendidik baru kemudian menggunakan metode ini untuk media pendalamannya. Lain
halnya jika penggunaan metode ini untuk mempelajari/menggali materi pelajaran,
pendidik tidak perlu membekali peserta didik dengan penjelasan isi materi
pelajaran, karena peserta didik
sendiri yang akan membekali dirinya sendiri.15 Pembelajaran dengan
menggunakan metode make a match mampu menciptakan suasana belajar aktif dan
menyenangkan. Materi yang disampaikan lebih menarik perhatian, sehingga dapat
membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang sulit
c. Kelebihan metode Make a
Match
Adapun kelebihan dari metode Make a Match menurut Rofiqoh (dalam Putu
Diah Febryani) adalah sebagai berikut:
1)
Mampu menciptakan suasana yang
aktif dan menyenangkan
2)
Materi pelajaran yang
disampaikan lebih menarik perhatian anak
3)
Mampu meningkatkan hasil
belajar
4)
Anak terlibat langsung dalam
menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu
5)
Meningkatkan kreativitas
belajar anak
6)
Menghindari kejenuhan anak
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
Menurut Huda
(dalam Putu Diah Febryani) kelebihan metode Make
a Match adalah:
1)
Dapat meningkatkan aktifitas
belajar anak, baik secara kognitif maupun fisik
2)
Karena ada unsur permainan,
metode ini menyenangkan
3)
Meningkatkan pemahaman anak
terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar
anak
4)
Efektif sebagai sarana melatih
keberanian anak untuk tampil presentasi
5)
Efektif melatih kedisplinan
anak menghargai waktu untuk belajar.
16
15 Naia
Widia Alifia, “Tujuan Penggunaan Metode Make a Match” (On-line), tersedia di:
http://sdnegerimanismanja.blogspot.co.id/2016/04/tujuan-penggunaan-metode-make-match.html
14.56 (7 Mei 2018).
16 Putu
Diah Febryani, Desak Putu Parmiti, dan Nice Maylani Asril, “Penerapan Metode
Make a Match Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Pada Anak
Kelompok B di Tk Dharma Sentana Candiksuma”. E-Journal Pg Paud Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan
Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 3 No.1 (2015)
d. Kekurangan Metode Make a
Match
Adapun kekurangan
metode Make a Match menurut Huda (dalam Riske Nuralita) yaitu:
1)
Jika tidak dipersiapkan dengan
baik, akan banyak waktu yang terbuang
2)
Pada awal-awal penerapan
metode, banyak peserta didik yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya
3)
Jika pendidik tidak mengarahkan
peserta didik dengan baik, akan banyak peserta didik yang kurang memperhatikan
pada saat presentasi pasangan
4)
Pendidik harus hati-hati dan
bijaksana saat memberi hukuman pada peserta didik yang tidak mendapat
pasangan
5)
Penggunaan metode secara terus
menerus akan menimbulkan kebosanan.[16]
e. Langkah-Langkah Metode Make
a Match
Menurut Agus
Suprijono, langkah-langkah pembelajaran Make a Match sebagai berikut:
1)
Pendidik menyiapkan Kartu-kartu
yang terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya
berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
2)
Pendidik membagi kelas menjadi
3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi
pertanyaanpertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartukartu berisi
jawabanjawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai.
3)
Aturlah posisi kelompok
kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kedua
berjajar saling berhadapan.
4)
Pendidik membunyikan peluit
sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak
mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok.
5)
Berikan kesempatan kepada
mereka untuk berdiskusi. Ketika mereka diskusi alangkah baiknya jika ada musik instrumentalia yang lembut mengiringi
aktivitas belajar mereka.
6)
Pasangan-pasangan yang sudah
terbentuk wajib menunjukkan dan membacakan pertanyaan-jawaban kepada kelompok
penilai.
7)
Setelah penilaian dilakukan,
aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian
memosisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara, kelompok penilai pada
sesi pertama tersebut di atas dipecah menjadi dua, sebagian anggota memegang
kartu pertanyaan sebagian lainnya memegang kartu jawaban.
8)
Posisikan mereka dalam bentuk
huruf U.
9)
Pendidik kembali membunyikan
peluitnya menandai kelompok bergerak untuk mencari, mencocokkan, dan
mendiskusikan pertanyaan-jawaban.
10)
Masing-masing pasangan
pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada penilai
Perlu diketahui
bahwa tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu
pertanyaan, pemegang kartu jawaban, maupun penilai mengetahui dan memahami
secara pasti apakah betul kartu pertanyaan-jawaban yang mereka pasangkan sudah
cocok. Demikian halnya bagi peserta didik kelompok penilai. Mereka juga belum
mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas pasanganjawaban.
Berdasarkan kondisi inilah pendidik memfasilitasi diskusi untuk memberikan
kesempatan kepada seluruh peserta didik mengonfirmasikan hal-hal yang mereka
telah lakukan yaitu memasangkan pertanyaan-jawaban dan melaksanakan penilaian.[17]
Pendapat lain
disampaikan oleh Rusman bahwa langkah-langkah kegiatan pembelajaran Make a
Match sebagai berikut:
1)
Pendidik menyiapkan beberapa
kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi
kartu berupa kartu pertanyaan dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban)
2)
Setiap peserta didik mendapat
satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang
3)
Peserta didik mencari pasangan
yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya(kartu soal/kartu jawaban)
4)
Peserta didik yang dapat
mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang diberi poin
5)
Setelah satu babak kartu
dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya
6)
kesimpulan[18]
2. Hasil Belajar
a.
Pengertian Hasil Belajar
Menurut R.
Gagne (dalam Ahmad Susanto) menyatakan bahwa belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.[19] Kata
hasil dalam bahasa Indonesia mengandung makna perolehan dari suatu usaha yang
telah dilakukan sebelumnya. Sehingga hasil belajar merupakan kemampuan yang
diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar
merupakan polapola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap,
apreasiasi dan keterampilan.21 Sebagaimana dalam Al-Qur’an yang
tertuang dalam Surat Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi
اِومََّا يَتذَكََّزُ
اوُلىُا الَْلَْبَابِ ࣖ
Artinya : Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran.[20]
Ayat tersebut
menjelaskan, hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran
proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada
pendidik tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui kegiatan belajar.
Hasil belajar
peserta didik dapat dinyatakan dengan nilai atau raport sesuai dengan pendapat
Suryadibrata, yang menyatakan bahwa nilai raport merupakan rumusan terakhir
dari pendidik mengenai kemajuan atau hasil belajar peserta didik dalam masa
tertentu. Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena
belajar merupakan suatu proses, dan hasil belajar adalah hasil dari proses
pembelajaran tersebut. Bagi seorang peserta didik belajar merupakan suatu
kewajiban hal ini sesuai dengan pandangan Islam yang mengatakan menuntut ilmu
(belajar) bagi setiap orang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam
rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka.[21]
Sudjana (dalam Ni Nyoman Ayu Sugiartini)
berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Setelah peserta didik
mengikuti pembelajaran, pendidik melakukan penilaian untuk mengetahui hasil
belajar yang telah dicapai peserta didik. Hasil belajar inilah yang menjadi
sebuah gambaran bagi pendidik tentang proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan, serta dari hasil belajar pendidik dapat mengetahui kemampuan
peserta didik selama mengikuti pembelajaran. Hasil belajar
yang baik tidak hanya diukur melalui
nilai hasil belajar peserta didik, namun juga memberikan perubahan perilaku
kearah yang lebih baik.[22]
Makna hasil belajar, yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut
aspek kognitif, afektif, psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil
belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan peserta didik dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Untuk
mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Evaluasi merupakan proses
penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program
telah memenuhi kebutuhan peserta didik. Hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan
suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk
perubahan perilaku yang relatif menetap.[23]
b.
Macam-Macam Hasil Belajar
1)
Pemahaman Konsep (Aspek Kognitif)
Pemahaman menurut Bloom
diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang
dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar peserta didik
mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang di berikan oleh pendidik
kepada peserta didik, atau sejauh mana peserta didik dapat memahami serta
mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan
berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.
2)
Ketrampilan Proses (Aspek
Psikomotor)
Usman dan Setiawati (dalam Ahmad
Susanto) mengemukakan bahwa ketrampilan proses merupakan ketrampilan yang
mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar
sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu peserta
didik. Ketrampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan
secara efektif mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya
3)
Sikap (Aspek Afektif) Menurut
Lange (dalam Ahmad Susanto), sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata,
melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi, sikap ini harus ada
kekompakan antara mental dan fisik secara serempak Jika mental saja yang dimunculkan,
maka belum tampak secara jelas sikap seseorang yang di tunjukannya.[24]
3. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan
belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri peserta didik
sendiri dan faktor dari luar diri peserta didik:
a.
Faktor dari dalam diri peserta
didik Faktor dari dalam diri peserta didik yang berpengaruh terhadap hasil
belajar diantaranya kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian,
kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan peserta didik. Salah satu hal penting
dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri peserta didik bahwa
belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya. Minat belajar berkaitan
dengan seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu
materi yang dipelajari peserta didik. Minat inilah yang harus dimunculkan lebih
awal dalam diri peserta didik. Minat, motivasi, dan perhatian peserta didik
dapat dikondisikan oleh pendidik.
Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda
b.
Faktor dari luar diri peserta
didik Faktor dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar
diantaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam
belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan social budaya,
lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah),
pendidik, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Pendidik merupakan
faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab
pendidik merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Dalam hal ini, pendidik
harus memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan dalam profesi pendidik. Untuk
memahami faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik pendidik
dapat melakukan berbagai pendekatan, diantaranya dengan wawancara, observasi,
kunjungan rumah, atau isian berupa angket
(kuesioner).[25]
4. Indikator Hasil Belajar
Banyak pendidik
yang merasa sukar untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya mengenai
apakah pengajaran yang telah dilakukan berhasil, mengingat pengajaran merupakan
suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka disini dapat
ditentukan dua kriteria yang bersifat umum. Meurut Sudjana, kedua kriteria
tersebut adalah:
a. Kriteria
ditinjau dari sudut prosesnya
Untuk mengukur keberhasilan mengajar
dari sudut prosesnya dapat dikaji melalui beberapa persoalan dibawah ini:
1)
Apakah pengajaran direncanakan
dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh pendidik dengan melibatkan peserta didik
secara sistematik?
2)
Apakah kegiatan peserta didik
belajar dimotivasi pendidik sehingga peserta didik melakukan kegiatan belajar
dengan penuh kesabaran, kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat
penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari pengajaran
itu?
3)
Apakah pendidik memakai multi
media?
4)
Apakah peserta didik mempunyai
kesempatan untuk mengotrol dan menilai sendiri hasil belajar yang
dicapainya?
5)
Apakah proses pengajaran dapat
melibatkan semua peserta didik dalam kelas?
6)
Apakah suasana pengajaran atau
proses belajar mengajar cukup menyenangkan dan merangsang peserta didik
belajar?
7)
Apakah kelas memiliki sarana
belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboraturium belajar?
b. Kriteria
ditinjau dari hasilnya
Keberhasilan belajar dapat dilihat
dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan yang dapat
dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi
hasil atau produk yang dicapai peserta didik:
1)
Apakah hasil belajar yang
diperoleh peserta didik dari proses pengajaran nampak dalam bentuk perubahan
tingkah laku secara menyeluruh?
2)
Apakah hasil belajar yang
dicapai peserta didik dari proses pengajaran dapat diaplikasikan dalam
kehidupan peserta didik?
3)
Apakah hasil belajar yang
diperoleh peserta didik tahan lama diingat dan mengendap dalam pikirannya,
serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya?
4)
Apakah yakin bahwa perubahan
yang ditunjukan oleh peserta didik merupakan akibat dari proses pengajaran?
5. Indahnya Saling Menghargai Dalam Keragaman
Indonesia
merupakan negeri begitu majemuk, terdiri dari aneka ragamnya agama, suku, warna
kulit, bangsa, dengan kekhasan masingmasing. Saling menghormari serta
menghargai yaitu suatu modal paling utama dalam hidup yang damai. Keragaman
merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari serta merupakan sunatullah.[26]
Sebagaimana hal ini disebutkan di dalam al-qur’an al-hujurat ayat 13 sebagai
berikut:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dari ayat di atas
sudah jelas bahwa Allah Swt. menciptakan manusia itu beragam terdiri dari jenis
kelamin ada perempuan dan lakilaki serta bermacam bangsa dan suku. Oleh karena
itu sebagai umat beragama maka sudah menjadi kewajiban untuk saling menghormati
dan menghargai dalam keragaman yang kita temui dalam kehidupan seharihari.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa
penelitian mengenai metode make a match yang telah dilakukan dan dapat
dijadikan kajian dalam penelitian ini yaitu penelitian dari:
1.
Penelitian yang dilakukan oleh
Kusningsih disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe make a match dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik kelas I SD N Grobog Kulon 03 Kecamatan Pangkah Kabupaten
Tegal pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014”, kenaikan skor rata-rata
maupun ketuntasan belajar yang signifikan yaitu kenaikan skor ratarata: siklus
1 dari 64.2 siklus 2 menjadi 78.3. Ketuntasan belajar peserta didik: siklus 1
dari 58% (7 peserta didik) dari 12 peserta didik dan siklus 2 menjadi 92% (11
peserta didik) dari 12 peserta didik. [27]
2.
Penelitian yang dilakukan oleh
Nanang Sukmawijaya, dalam penelitiannya yang berjudul upaya peningkatan hasil
belajar IPA pada materi tumbuhan hijau melalui strategi make a match di kelas V
madrasah ibtidaiyah swasta darul qalam senayang kabupaten lingga dengan
menerapkan strategi make a match hasil belajar peserta didik meningkat. Hal ini
dapat dibuktikan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada hasil tes
sebelum tindakan dapat dilihat bahwa hasil belajar peserta didik pada materi
tumbuhan hijau dari 14 orang peserta didik kelas V, yang tuntas hanya 2 orang
peserta didik sisanya tidak tuntas dengan jumlah 12 orang. Selanjutnya pada
siklus I hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 6 orang peserta didik
yang tuntas, dan 8 orang peserta didik yang belum tuntas. Maka dilanjutkan
dengan siklus II dengan perbaikanperbaikan yang telah dipaparkan pada Bab IV,
maka hasil belajar peserta didik kembali meningkat yaitu 12 orang peserta didik
tuntas, dan hanya 2 orang peserta didik yang belum tuntas. [28]
3.
Sigit Tri Purwanto dan Esti
Harini, dengan penelitian yang berjudul
“Peningkatan Minat dan Hasil
Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Tipe Make a Match”. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan tindakan dari pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan, begitu
pula dari siklus I ke siklus II. Pada setiap siklus terdapat perbaikan,
pembelajaran matematika siswa meningkat dan mencapai keberhasilan. Minat dan
hasil belajar siswa meningkat. Hasil persentase angket minat belajar siswa
kelas VIII B MTs Negeri Pundong pada pra siklus 57,95% dengan kategori sedang,
siklus I 69,01% dengan kategori sedang, dan siklus II 85,50% dengan kategori
tinggi. Peningkatan rata-rata persentase minat belajar siswa dari satu siklus
ke siklus selanjutnya minimal 5%. Kemudian untuk nilai tes matematika terlihat
bahwa hasil belajar siswa pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Nilai
rata-rata tes matematika meningkat, peningkatan persentasenya sebesar 10,53%
dari pra siklus ke siklus I dan persentase siswa yang mencapai KKM pada pra
siklus sebesar 52,63% atau 10 siswa dari 19 siswa, sedangkan persentase siswa
yang mencapai KKM pada siklus I sebesar 63,16% atau 12 siswa dari 19 siswa.
Pada siklus II terjadi peningkatan persentase sebesar 15,79% dengan nilai
rata-rata 78,32 dan persentase siswa yang mencapai KKM yakni 78,95% atau 15
siswa dari 19 siswa. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan
pembelajaran model Make a Match terbukti dapat meningkatka hasil belajar
matematika siswa.[29]
BAB III METODE
PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 42
Talang Ubi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan kepada seluruh peserta
didik kelas IV sebanyak 15 peserta
didik.
2.
Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk melakukan
penelitian ini adalah semester ganjil tahun pelajaran 2022 /2023 dari bulan
November sampai bulan Januari 2024.
B. Metode Penelitian
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian praktis yang dilakukan dengan mengkaji masalahmasalah yang dihadapi
pendidik di dalam kelas dan dilakukan tindakan untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut.[30] Hasil
utama penelitian tindakan kelas adalah berupa perbaikan atau peningkatan
perilaku pendidik dalam KBM. Terkait dengan hal tersebut, beberapa tujuan yang
dapat dicapai melalui pelaksanaan PTK antara lain:
1.
Mengubah kinerja atau perilaku
pendidik dalam mengajar yang dinilai tidak efisien. Perubahan kinerja ini
dilakukan dengan melakukan refleksi atau penilaian diri, sehingga pendidik
didorong untuk bekerja lebih efektif dan efisien
2.
Meningkatkan moral atau
semangat kerja pendidik yang dinilai rendah. Selain memiliki tujuan, penelitian
tindakan kelas adalah salah satu metode penelitian praktis yang dapat digunakan
untuk memperbaiki kinerja pendidik. Yang memiliki beberapa manfaat, Untuk lebih
jelasnya, diuraikan sebagai berikut:
1)
Memperbaiki praktik
pembelajaran
2)
Menyesuaikan teori dengan
praktik pembelajaran
3)
Melaksanakan penelitian dengan
tidak mengganggu tugas sebagai Pendidik
4)
Menelaah efektivitas
pembelajaran33
Penelitian
tindakan kelas (PTK) dapat meningkatkan kualitas pendidik dalam melaksanakan
kewajiban dalam proses KBM dan sekaligus meningkatkan kualitas profesi
pendidik/tenaga kependidikan yang sekarang dirasakan menjadi hambatan utama
didalam dunia pendidikan. Penelitian tindakan kelas dari namanya sudah
menunjukan isi yang terkandung di dalamnya yaitu sebuah kegiatan penelitian
yang dilakukan di kelas. Dikarenakan tiga kata yang membentuk pengertian
tersebut, maka ada 3 pengertian yang dapat diterangkan yaitu :
1.
Penelitian merupakan proses
penyelidikan ilmiah yang dilakukan secara terencana untuk memperoleh fakta guna
memperkuat, mengembangkan atau membantah sesuatu yang sudah diyakini
kebenarannya.
2.
Tindakan merupakan aktivitas
yang dilakukan untuk terlaksananya pembelajaran efektif dan efisien.
3.
Kelas dapat diartikan
sekelompok peserta didik dalam satu tingkatan yang sama yang melakukan
aktivitas pembelajaran. 34
Dengan
menggabungkan ketiga kata tersebut, yakni penelitian,tindakan dan kelas, maka
dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, tetapi dalam sebuah kelas. Tindakan
tersebut diberikan oleh pendidik atau dengan arahan dari pendidik yang
dilakukan peserta didik. Dalam sebuah penelitian pastinya memiliki
karakteristik atau ciri khusus yang membedakan penelitian tersebut dengan
penelitian-penelitian yang lain. Penelitian tindakan kelas mempunyai
karakteristik sebagai
berikut:
33 2
Ibid, h. 15-16.
34 Benidiktus
Tanujaya dan Jeinne Mumu, Penelitian Tindakan Kelas Panduan Belajar Mengajar
Dan Meneliti (Yogyakarta: Media Akademi, 2016), h. 4.
1.
Adanya masalah dalam PTK dipicu
oleh munculnya kesadaran pada diri pendidik bahwa praktik yang dilakukannya
selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan.
2.
Penelitian melalui refleksi
diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial.
3.
Penelitian tindakan kelas
dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan
pembelajaran berupa perilaku pendidik dan peserta didik dalam melakukan
interaksi.
4.
Penelitian tindakan kelas
bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap
dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan.[31]
C. Rancangan Tindakan
Penelitian
tindakan kelas ini akan dilaksanakan dua siklus dengan mengembangkan model yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Secara garis besar tahapan penelitian
ada empat langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi
1.
Perencanaan (planning)
Merupakan rancangan tindakan yang
akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap
sebagai usulan solusi permasalahan.
2.
Tindakan (action)
Merupakan apa yang dilakukan oleh
pendidik sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
Tindakan yang dilakukan merupakan implementasi dari rencana yang telah
disusun.
3.
Pengamatan (observation)
Merupakan kegiatan pengamatan atas
tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap peserta didik. Pada umumnya
observasi dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung
4.
Refleksi (reflection)
Merupakan kegiatan mengkaji, melihat
dan mempertimbangkan proses yang dilakukan dalam kaitannya dengan hasil atau
dampak dari tindakan.
Spiral atau
puturan (siklus) tahapan PTK adalah pelaksanaan tahapan yang berulang, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi, dan kembali ke perencanaan
selanjutnya berdasarkan refleksi pada akhir setiap siklus. Penelitian dapat
dilakukan sampai beberapa siklus sampai indikator keberhasilan dapat dicapai.
Prosedur tersebut banyak diacu oleh pendidik dalam melaksanakan PTK dengan
membuat bagan sebagai berikut:[32]
Gambar. 1 Model Penelitian
Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Tanggart
D. Desain dan Prosedur Tindakan
Dalam penelitian
ini peneliti memilih menggunakan desain dengan model siklus Kemmis dan Taggart
yang setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Tahap-tahap tersebut dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya
secara ulang sampai masalah yang dihadapi dianggap telah teratasi. Namun
pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan dalam dua siklus, yang mana pada
siklus I akan dilakukan 2 pertemuan dan siklus II akan dilakukan 2 pertemuan
serta siklus 3 akan dilakukan 2 pertemuan. Adapun langkah-langkah penelitian
yang dilakukan di kelas IV dengan
menggunakan metode pembelajaran make a
match adalah:
Prosedur Siklus I
1.
Tahap perencanaan
Pada tahapan
perencanaan ini peneliti menyusun rencana tindakan dan rencana penelitian yang
hendak dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Kegiatan
perencanaan tersebut diantaranya:
a.
Mempersiapkan silabus yang akan
digunakan.
b.
Menetapkan materi yang akan
diajarkan.
c.
Membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (Modul Ajar).
d.
Mempersiapkan media atau alat
yang akan digunakan untuk pembelajaran.
e.
Menyusun dan Mempersiapkan
lembar pengamatan/observasi untuk aktivitas pendidik dan peserta didik.
f.
Membuat soal tes evaluasi
peserta didik sebagai alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar peserta
didik
2.
Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan
tindakan yaitu penerapan isi rancangan pada penelitian ini dimulai dari
persiapan cara:
a.
Mengkondisikan ruangan belajar
bagi peserta didik
b.
Pendidik menjelaskan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai
c.
Melaksanakan proses
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran make a match, tahap kegiatannya mengikuti urutan kegiatan yang
terdapat dalam Modul Ajar
b.
Melakukan post-test
untuk mengetahui hasil belajar peserta didik
3.
Pengamatan (observing)
Pengamatan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik dan juga peserta didik dalam proses pembelajaran menggunakan metode make a match. Dalam penelitian ini hasil
pengamatan kemudian didiskusikan dengan pengamat yang bertujuan untuk
memberikan pendapat mengenai proses dan hasil pembelajaran yang sedang
berlangsung, memberi kritikan dan penjelasan masalah-masalah yang dihadapi
4.
Refleksi
Kegiatan
refleksi mencakup kegiatan analisis dan interprestasi atas informasi/hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Artinya peneliti dan pengamat mengkaji,
melihat dan mempertimbangkan hasil tindakan baik terhadap proses maupun
terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria keberhasilan yang
ditetapkan. Tahap ini dilakukan terhadap proses
pembelajaran pada siklus pertama dan menjadi pertimbangan pada siklus
kedua.
Prosedur Siklus II
Dalam siklus II
seperti halnya siklus I dengan catatan sudah direvisi yang terdiri dari :
1.
Perencanaan
Pada tahapan
perencanaan ini peneliti menyusun rencana tindakan dan rencana penelitian yang
hendak dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Kegiatan
perencanaan tersebut diantaranya:
a.
Menetapkan materi yang akan
diajarkan.
b.
Membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran (Modul Ajar).
c.
Mempersiapkan media atau alat
yang akan digunakan untuk pembelajaran.
d.
Menyusun dan Mempersiapkan
lembar pengamatan/observasi untuk aktivitas pendidik dan peserta didik.
e.
Menyusun alat evaluasi atau tes
Pelaksanaan
Peneliti
melaksanakan kegiatan belajar berdasarkan hasil refleksi siklus I.
3.
Pengamatan
Pengamatan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik dan juga peserta didik dalam proses pembelajaran menggunakan metode make a match. Dalam penelitian ini hasil
pengamatan kemudian didiskusikan dengan pengamat yang bertujuan untuk memberikan pendapat mengenai proses dan hasil
pembelajaran yang sedang berlangsung, memberi kritikan dan penjelasan masalah-masalah
yang dihadapi
4.
Refleksi
Bila dalam PTK
terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus kedua dan seterusnya merupakan
putaran ulang dari tahapan selanjutnya. Hanya saja antara siklus pertama, kedua
dan selanjutnya selalu mengalami perbaikan setahap demi setahap.
E. Sumber Data
Sumber data
penelitian ini adalah Pendidik dan Peserta didik Kelas IV SD Negeri 42 Talang Ubi, untuk memperoleh
data tentang penerapan metode make a match dalam meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena
tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data.[33] Adapun teknik pengumpulan data yang akan
penulis gunakan adalah sebagai berikut :
1.
Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan
data dengan cara pengamatan terhadap objek (benda, peristiwa) diikuti dengan
pencatatan secara cermat. Tujuan observasi hendaknya ditetapkan sebagai cara
memperoleh data yang diperlukan untuk membantu memperbaiki proses dan dampak
pembelajaran. Metode
observasi yang umum digunakan dalam PTK dapat dikelompokkan menjadi 4 metode
yaitu obsevasi terbuka, observai terfokus, observasi terstruktur dan observasi
sistematik. Pendidik sebagai pelaksana PTK perlu memilih, memodifikasi, atau
mengembangkan lembar observasi untuk dapat memperoleh data yang bermutu.[34]
2.
Tes
Tes
merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil
belajar peserta didik yang memerlukan jawaban benar atau salah.[35] Adapun
jenis Tes yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik,
yaitu melalui tes tertulis adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik
dalam bentuk tertulis.
3.
Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk
mengidentifikasi kecenderungan dalam penelitian dan praktek mengenai suatu
fenomena dalam suatu bidang.[36]
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data nilai awal
peserta didik, untuk mengetahui data-data keadaan sekolah dan peserta didik,
serta untuk mengambil gambar atau foto sebagai bukti penelitian.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Lembar Observasi
Aktivitas Pendidik
Adapun yang
menjadi lembar observasi dalam penelitian ini yaitu lembaran yang berisikan
segala macam kegiatan pendidik yang meliputi beberapa indikator diantaranya
menjelaskan, Membimbing, mengarahkan, menyuruh dan mengawasi. Adapun
dilakukannya observasi ini yaitu untuk mendapatkan data tentang cara apa yang
dilakukan oleh pendidik dalam menggunakan metode make a match.
Lembar Observasi
Aktivitas Peserta Didik
Alat untuk
mengukur aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Data
aktivitas peserta didik ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas peserta didik
selama pembelajaran. Adapun yang menjadi lembar observasi dalam penelitian ini
yaitu lembaran yang berisikan segala macam kegiatan peserta didik yang meliputi
beberapa indiator diantaranya seperti mendengarkan dan melaksanakan apa yang
diperintahkan pendidik dalam menggunakan metode pembelajaran make a match.
3.
Tes
Instrumen tes
yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal pilihan ganda yang
disusun berdasarkan indikator-indikator. Sejumlah soal yang mencakup materi
yang diajarkan atau yang telah dipelajari. Tujuan tes yaitu untuk mengetahui,
mengukur dan mendapatkan data tertulis tentang kemampuan peserta didik dalam
memahami dan menguasai materi. Tes dilakukan pada lembar tes yang terdiri dari
10 soal yang berbentuk pilihan ganda.
H. Analisis Data
Analisis data
adalah suatu proses mengolah dan menginterprestasi data dengan tujuan untuk
mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna
dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.[37]Analisis
data merupakan bagian penting dari pelaksanaan PTK. Kualitas dan hasil analisis
data menentukan kebermaknaan PTK yang dilakukan. Setelah data terkumpul yang
terdiri dari hasil observasi terhadap aktivitas pendidik dan aktivitas peserta
didik dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode make a match
serta hasil belajar yang berupa hasil nilai tes setiap akhir siklus. Maka
langkah selanjutnya adalah :
1. Menganalisis data hasil observasi
terhadap pelaksanaan tindakan setiap siklus dengan metode analisis deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yangditujukan untuk menggambarkan
fenomenafenomena yang ada, yangberlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.[38] Data yang
diperoleh daritindakan kelas akan dianalisis untuk mengetahui tingkat
kesesuaian dankeberhasilan saat menggunakan metode make a match.
Adapun langkah-langkah pengolahan dan
analisis data adalah sebagai berikut:
a.
Reduksi data proses reduksi
data mencakup seleksi, menetapkan fokus, menyederhanakan, membuat abstraksi,
dan melakukan tranformasi data yang diperoleh selama observasi.
b.
Pemaparan (display) data,
memaparkan berarti mengorganisasikan dan membuat intisari dari data yang saling
terkait sehingga memungkinkan peneliti untuk dapat menarik simpulan dan
tindakan selanjutnya. Pemaparan data dapat dilakukan dengan menggunakan matrik
(tabel), bagan, atau grafik. Reduksi data dan pemaparan data adalah bagian dari
analisis data kualitatif yang dibutuhkan untuk menarik simpulan sesuai dengan
permasalahan penelitian.
c.
Penarikan kesimpulan dan
verifikasi, proses penarikan kesimpulan dan verifikasi data kualitatif sudah
dimulai semenjak proses pengumpulan data,yakni dalam upaya mencari pola,
penjelasan, konfigurasi yang mungkin,hubungan antar faktor/variabel, dan skema.
Untuk dapat membuatkesimpulan yang sesuai dengan pertanyaan penelitian,
peneliti harusmemeriksa apakah data yang dikumpulkan masih relevan atau terkait
denganrumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan.[39]
Selanjutnya, Analisis data secara
kuantitatif yaitu dengan membandingkan hasil tes pada setiap siklusnya. Penulis
mencari persentase ketuntasan dengan menggunakan rumus persentase sebagai
berikut:
P
= F x 100%
N
Keterangan :
P: Angka Persentase
F: Jumlah nilai
yang diperoleh
N: Jumlah seluruh
peserta didik[40]
I. Indikator Keberhasilan
Untuk memberikan
gambaran tentang keberhasilan hasil penelitian, penulis menetapkan indikator
keberhasilan penelitian, sebagai berikut:
1.
Dalam penelitian ini diterapkan
dalam ketuntasan belajar peserta didik secara individual, dengan kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran 70.
2.
Secara klasikal dinyatakan
tuntas apabila nilai peserta didik yang sudah tuntas mencapai 80% dari jumlah
keseluruhan peserta didik. Pada penelitian ini indikator keberhasilan adalah
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV SD Negeri 42 Talang Ubi
dengan menggunakan metode pembelajaran make
a match pada penelitian ini dinyatakan berhasil jika materi yang
disampaikan dikuasai oleh peserta didik secara tuntas.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah Sani, Ridwan
dan Sudirman, Penelitian Tindakan Kelas Pengembangan Profesi
Guru Tangerang: Tira Smart, 2017.
Alifia Widia, Naia, Tujuan Penggunaan Metode Make a Match” (On-line), tersediadi:http://sdnegerimanismanja.blogspot.co.id/2016/04/tujuan
penggunaanmetode-make-match.html 14.56 (7 Mei 2018).
Andriani, Durri, Metode Penelitian, Banten: Universitas
Terbuka, 2016.
Anitah
W, Sri, Strategi Pembelajaran di SD,
Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka,
2014.
Arikunto,
Suharmi, Prosedur Penelitian Suatu
Pengembangan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, 2013.
Buku
Guru Kelas IV SD/MI PAIBP, Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2021.
Departemen
Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemannya,
Bandung: Diponegoro, 2014.
Febryani
Diah, Putu, dkk, “Penerapan Metode Make a
Match Untuk Meningkatkan Kemampuan
Mengenal Lambang Bilangan Pada Anak
Kelompok B di Tk
Dharma Sentana Candiksuma”, E-Journal Pg Paud Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 3 No.1, 2015.
Fitriati, Erlina dan Syamsu Hadi, “Keefektifan Metode Pembelajaran Make a Match Terhadap Hasil Belajar
Kompetensi Dasar Permintaan dan
Penawaran Uang Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Semarang”.
Economic Education Analysis Journal,
Vol. 3 No. 1, 2014.
Kusningsih, “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match dalam Pembelajaran Tema
Keluarga”, Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, Vol. 16 No. 2, 2014.
Lingga
Dewi, Nuralita Riske dan Alfi Laila, “Pengaruh Metode Make A Match Dengan Media
Gambar Terhadap Kemampuan Mengenal Kekhasan
Bangsa Indonesia
Seperti Kebhinekaan Siswa Kelas Iii Sdn Purwodadi
Kec. KrasKab. Kediri
Tahun Ajaran 2015”. Terampil Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, Vol. 2
No. 2, 2015.
Putri Destia, Ariska
dan Syofnidah Ifrianti, “Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Dengan
Menggunakan Alat Peraga Jam Sudut Pada Peserta
Didik Kelas IV SDN 2
Sunur Sumatera Selatan”, Terampil Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 4, No. 1, 2017.
Rusman,
Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali
Pers, 2016.
Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:
Kencana, 2013.
Santoso Adhi, Nugroho dan Slameto, “Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Melalui Metode Pembelajaran
Make a Match Berbantu Media Gambar
Siswa Sekolah
Dasar”. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 4 No. 2
Sudjana,
Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo
Offset, 2013.
Sukmadinata
Syaodih, Nana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Susanto,
Ahmad, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Prenamedia Group, 2013.
Tanujaya,
Benidiktus dan Jeinne Mumu, Penelitian Tindakan Kelas Panduan Belajar Mengajar
dan Meneliti, Yogyakarta: Media Akademi, 2016.
Taufiq,
Agus, dkk, Pendidikan Anak di SD, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2017.
Wardhani,
Igak dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016.
[1] Agus Taufiq, Hera L
Mikarsa dan Puji L Prianto, Pendidikan Anak di SD (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2017), h.1.6.
[2] Ibid, h. 1.11.
[3] Ismail Suardi Wekke dan
Ridha Windi Astuti, “Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Implementasi di
Wilayah Minoritas Muslim”. Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, DOI:
[4]
.24042/Tadris.v2i1.1736 (Juni 2017).
[5]
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2014), h.
459
[6] Nana Sudjana, Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset, 2013), h. 28.
[7] Agus Taufiq, Op.Cit. h.
5.3-5.4.
[8] Sri Anitah, Strategi
Pembelajaran di SD (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), h. 1.24.
[9] Nugroho Adhi Santoso dan
Slameto, “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode
Pembelajaran
Make a Match Berbantu Media Gambar Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan
Dasar, Vol. 4 No. 2, h. 96
[10] Erlina Fitriati dan
Syamsu Hadi, “Keefektifan Metode Pembelajaran Make a Match Terhadap Hasil
Belajar Kompetensi Dasar Permintaan dan Penawaran Uang Pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 16 Semarang”. Economic Education Analysis
Journal, Vol. 3 No. 1 (Juni 2014), h. 67
[11] Sri Anitah, Strategi
Pembelajaran di SD (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), h.
[12]
.24.
[13] Rusman, Model-Model
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2016),
h. 223
[14] Erlina Fitriati dan
Syamsu Hadi, “Keefektifan Metode Pembelajaran Make a Match Terhadap Hasil
Belajar Kompetensi Dasar Permintaan dan Penawaran Uang Pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 16 Semarang”. Economic Education Analysis Journal, Vol. 3 No. 1 (Juni
2014), h. 67 13
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 94.
[15]
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2014),
h.353.
[16] Riske Nuralita Lingga
Dewi dan Alfi Laila, “Pengaruh Metode Make a Match Dengan Media
Gambar
Terhadap Kemampuan Mengenal Kekhasan Bangsa Indonesia Seperti Kebhinekaan Siswa
Kelas Iii Sdn Purwodadi
Kec. Kras Kab. Kediri Tahun Ajaran 2015”. Terampil Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Dasar, Vol. 2 No. 2 (Desember 2015).
[17] Agus Suprijono, Loc.Cit.
h. 94
[18] Rusman, Op.Cit. h.
223-224
[19] Ahmad Susanto, Teori
Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Prenamedia Group, 2013), h. 1. 21 Agus
Suprijono, Op.Cit. h. 5.
[20] Departemen Agama RI,
Op.Cit. h. 459.
[21] Ariska Destia Putri dan
Syofnidah Ifrianti, “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan
Alat Peraga Jam Sudut Pada Peserta Didik Kelas IV SDN 2 Sunur Sumatera
Selatan”. Terampil Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Dasar, Vol. 4 No. 1 (Juni 2017), h. 3-4
[22] Ni Nyoman Ayu Sugiartini,
I Ketut Ardana dan Rini Kristiantari, “Model Pembelajaran
Modified Free Inquiry
Bernuansa Outdoor Study Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas
V SD Gugus 2 Kuta Utara Tahun Ajaran 2013/2014” Jurnal Mimbar Pgsd Universitas
Pendidikan Ganesha , Vol. 2 No. 1 (Tahun 2014)
[23] Syofnidah Ifrianti dan
Yesti Emilia,“Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Media
Pembelajaran IPS Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas III MIN 10 Bandar
Lampung”. Terampil Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 3 No. 2
(Desember 2016), h. 227-228
[24]
Ahmad Susanto, Op.Cit. h. 6-10
[25]
Sri Anitah, Op.Cit, h. 2.7-2.8
[26] Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan,Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia, Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti SD Kelas IV, (Jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan,2021) Hlm 42
[27] Kusningsih, “Penerapan
Metode Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match dalam
Pembelajaran Tema Keluarga”. Jurnal Penelitian
Tindakan Kelas, Vol. 16 No. 2 (Oktober 2014)
[28] Nanang Sukmawijaya,
“Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Pada Materi Tumbuhan Hijau
Melalui Strategi Make a
Match di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Swasta Darul Qalam Senayang
Kabupaten
Lingga”. (Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim, Riau Pekan Baru, 2013).
[29] Sigit Tri Purwanto dan
Esti Harini, “Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Tipe Make a Match”. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas (punfong 2015
[30] Ridwan Abdullah Sani dan
Sudirman, Penelitian Tindakan Kelas Pengembangan Profesi Guru (Tangerang: Tira
Smart, 2017), h. 5
[31] Igak Wardhani dan Kuswaya
Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2016), h. 1.5-1.6.
[32]
Ridwan Abdullah Sani dan Sudiran, Op.Cit, h. 24-26.
[33] Suharmi Arikunto,
Prosedur Penelitian Suatu Pengembangan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2013), h. 266.
[34]
Ridwan Abdullah Sani dan Sudiran, Op.Cit, h. 71-74
[35] Adi Suryanto, Evaluasi
Pembelajaran di SD (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016), h.1.4
[36]
Durri Andriani, Metode Penelitian (Banten: Universitas Terbuka, 2016), h. 5.4
[37]
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana, 2013), h. 106
[38] Nana Syaodih Sukmadinata,
Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 54.
[39]
Ridwan Abdullah Sani dan Sudiran, Op.Cit, h. 85-88
[40] Kunandar, Langkah Mudah
Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembang profesi Guru, h. 74.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar