Guru Profesional
My Name Is Abdul Hendi

Selasa, 28 Januari 2025

PTK PRASIKLUS

 

 

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI

METODE MAKE A MATCH MATERI INDAHNYA SALING

MENGHARGAI DALAM KERAGAMAN PADA SISWA

KELAS IV SDN 42 TALANG UBI KECAMATAN TALANG UBI

Penelitian Tindakan Kelas

Disusun untuk memenuhi tugas Lokakarya PPG dalam Jabatan 2023 

LPTK UIN Raden fatah palembang

 

 

Disusun Oleh:

SAIPUL ANWAR

NIM: 22104180432

 

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN  LPTK UIN RADEN FATAH PALEMBANG

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM 

KEMENTERIAN AGAMA RI 

2023

 

              

KATA  PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada penulis. Berkat karunia dan kemurahan Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)  yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar  Melalui Metode Make A Match Materi Indahnya Saling Menghargai Dalam Keragaman Pada Siswa Kelas IV SDN 42 Talang Ubi Kecamatan Talang Ubi.

Dalam penyusunan proposal penelitian tindakan kelas ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih  dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.

Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal penelitian tindakan kelas ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.

 

 

 

                                                                              

 

                                                                                                Penulis 

 

 

 

 

 

 

 

 

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI

METODE MAKE A MATCH MATERI INDAHNYA SALING

MENGHARGAI DALAM KERAGAMAN PADA SISWA

KELAS IV SDN 42 TALANG UBI KECAMATAN TALANG UBI

 

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik. Di kelas IV SDN 42 Talang Ubi, metode pembelajaran yang digunakan pendidik adalah metode ceramah dan tanya jawab. Pendidik berusaha melibatkan seluruh peserta didik dalam proses pembelajaran dan merangsang keaktifan belajar peserta didik namun keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran hanya didominasi oleh sebagian peserta didik tertentu saja dan masih banyak peserta didik kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Sehingga hasil belajar peserta didik pada materi Indahnya Saling Menghargai Dalam Keragaman kelas IV SDN 42 Talang Ubi tergolong rendah. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif. Salah satu metode yang digunakan adalah metode Make a Match. Metode Make a Match adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah metode Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada Indahnya Saling Menghargai Dalam Keragaman kelas IV SDN 42 Talang Ubi?”. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data sejauh mana penerapan Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi Indahnya Saling Menghargai Dalam Keragaman kelas IV SDN 42 Talang Ubi

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research),dilakukan sebanyak tiga siklus. Setiap siklus dilakukan dua kali pertemuan, dengan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IV SDN 42 Talang Ubi Tahun Pelajaran 2022 /2023 dengan jumlah 15 peserta didik. Data dikumpulkan melalui lembar observasi dan tes pada setiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, rata-rata hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan. Persentase ketuntasan juga meningkat. Pada pra survei persentase ketuntasan sebesar 40%. siklus I sebesar 70 % dan siklus II sebesar 85 % dan siklus III 100%. Demikian metode pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas IV SDN 42 Talang Ubi.

Kata Kunci : Hasil Belajar Peserta Didik dan Metode Make a Match 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................   i 

LEMBAR PENGESAHAN  ............................................................................   ii KATA PENGANTAR.. iii

ABSTRAK...................... iv

DAFTAR ISI.................... v 

DAFTAR TABEL.......... vii

 

DAFTAR GAMBAR  ......................................................................................  viii

BAB I PENDAHULUAN 

A.  Latar Belakang ............................................................................................  1

B.  Rumusan Masalah .......................................................................................  6

C.  Tujuan Penelitian .........................................................................................  6 

D.  Manfaat Penelitian .......................................................................................  6

BAB II LANDASAN TEORI

A.  Deskripsi Kontekstual .................................................................................  8

B.  Penelitian Terdahulu ....................................................................................  24

BAB III METODE PENELITIAN 

A.  Jenis Penlitian ..............................................................................................  27

B.  Subyek Penelitian ........................................................................................  27

C.  Rancangan Tindakan ...................................................................................  29

D.  Desain dan Prosedur Tindakan  ...................................................................  31

E.   Sumber Data  ...............................................................................................  33

F.   Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................  33

G.  Instrumen Penilaian .....................................................................................  34

H.  Analisis Data ...............................................................................................  35

I.    Indikator Keberhasilan ................................................................................  37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Deskripsi Hasil Penelitian ...........................................................................  38

B.  Pembahasan .................................................................................................  45

BAB V KESIMPILAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan  ................................................................................................. 50

B.  Saran  ........................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA 

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR TABEL

 

TABEL 1 ..........................................................................................................  2

TABEL 2  .........................................................................................................  28

TABEL 3  .........................................................................................................  31 TABEL 4 ..........................................................................................................  36 DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 .....................................................................................................  18 GAMBAR 2 .....................................................................................................  37

 


BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 

Pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan secara sadar dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 dinyatakan pendidikan sebagai usaha sadar untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat bangsa dan negara.[1]

Tujuan pendidikan nasional adalah “menumbuh kembangkan pribadipribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.[2] Berlandaskan pada dasar hukum di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk dapat melaksanakan proses pendidikan serta mewujudkan tujuan pendidikan nasional dibutuhkan peran seorang pendidik

Pendidikan menjadi media yang mempunyai pengaruh untuk menentukan arah kesuksesan negara. Pendidikan menjadi pilar dalam upaya pengembangan sumber daya manusia. Seiring perkembangan, kurikulum mengalami perubahan demi perubahan sebagai respon atau kondisi saat ini.[3][4]Sependapat dengan hal tersebut, islam juga sangat mengutamakan pendidikan sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Az-Zumar surat ke-39 ayat 9 yang berbunyi :

 

 قلُْ هَلْ يَسْتىَِي الذَِّيْهَ يَعْلَمُىْنَ وَالذَِّيْهَ لََ يَعْلَمُىْنَ ۗ اِومََّا يَتذَكََّزُ اوُلىُا الَْلَْبَابِ ࣖ

Artinya: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangorang yang tidak mengetahui?” sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran”.[5]

Ayat tersebut menjelaskan bahwa pendidikan merupakan faktor utama yang ditingkatkan kualitasnya, maju mundurnya peradaban masyarakat atau bangsa akan terlihat dari tingkat pendidikan. Pendidikan adalah investasi suatu bangsa, pendidikan adalah bekal hidup dan kehidupan manusia di masa kini dan masa mendatang, dan pendidikan memiliki pengaruh terhadap semua aspek kehidupan

Hal ini berarti bahwa untuk menjadi seorang pendidik yang profesional, selain memiliki kesehatan jasmani dan rohani pendidik harus memiliki kompetensi baik secara kualifikasi akademik maupun kompetensi dasar sebagai pendidik. Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang pendidik adalah kompetensi profesional, diantaranya pendidik harus mampu mengelolah programbelajar mengajar dengan baik, terutama kemampuan mengenal serta menggunakan metode mengajar yang tepat. Karena hal ini turut menentukan tujuan setiap pembelajaran. Banyaknya pelajaran yang diajarkan di sekolah, membuat pendidik harus semakin terampil dalam menentukan dan menetapkan metode mengajar yang tepat, diantaranya metode yang dipakai harus sesuai dengan materi dan tujuannya serta tingkat usia peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan kegiatan belajar peserta didik. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik sebagai anak didik.

Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. 55 Sedangkan dalam pengertian yang sangat luas, belajar diartikan oleh Anita E. Woolfolk [6](dalam Agus Taufiq) sebagai perubahan perilaku akibat dari suatu pengalaman tertentu. Belajar terjadi bilamana pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan, dan perilaku yang relatif permanen pada seseorang atau individu. Jadi anak SD telah belajar jika dia menunjukkan perubahan pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu yang bersifat menetap sebagai akibat anak itu mengalami sesuatu artinya aktif atau sadar berinteraksi dengan lingkungan tertentu. [7]Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia salah satu caranya adalah dengan melaksanakan proses belajar dan pembelajaran yang efektif sehingga hasil belajar dapat dicapai dengan optimal. Belajar merupakan salah satu faktor yang berperan untuk memberikan pengaruh dalam proses pembentukan pribadi dan perilaku seorang individu. Sebagian perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar secara berkelanjutan. Setelah melakukan pembelajaran peserta didik akan mendapatkan hasil belajar.

Peserta didik adalah mahkluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, diharapkan seorang pendidik berperan aktif dalam mendidik peserta didik seperti menerapakan metode pembelajaran yang efektif agar peserta didik memahami materi yang diajarkan. Dengan kata lain, metode adalah cara yang digunakan pendidik dalam membelajarkan peserta didik. Karena metode lebih menekankan pada peran pendidik. [8] Oleh karena itu, pendidik dalam memilih metode mengajar harus tepat dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pemilihan metode ini sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh. Selain itu, pemilihan metode pengajaran yang tepat akan menimbulkan pembelajaran yang menarik.

Hal ini berdasarkan pengamatan penulis di kelas IV SD  Negeri 42 Talang Ubi di mana pendidik dalam mengajar belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi. Sehingga hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik. Proses pembelajaran belum terlaksana dengan baik. Hasil belajar akan menunjukan tingkat pencapaian maksimal, dapat tercapai apabila seorang pendidik menguasai metode dalam mengajar yang efektif sesuai dengan kriteria peserta didik dan pada penelitian ini, peneliti mendapatkan kurang maksimalnya hasil belajar peserta didik. Peserta didik yang memperoleh nilai hasil belajarnya sesuai KKTP yang telah ditetapkan dianggap telah berhasil dalam belajar, sebaliknya peserta didik yang nilai hasil belajarnya belum mencapai KKTP yang telah ditetapkan, maka peserta didik tersebut dianggap belum berhasil dalam belajar. Di bawah ini adalah daftar nama peserta didik dan hasil yang dicapai.

Tabel 1 Data Awal Nilai PAI Kelas IV SD Negeri 42 Talang Ubi Tahun Pelajaran 2022 /2023

No

Nama Peserta

KKTP

Nilai

Nilai

Keterangan 

1

Anton Saputra

70

50

Tidak Tuntas

2

Anugrah Pratama

70

60

Tidak Tuntas

3

Cinta Laura

70

78

Tuntas

4

Deski Wijaya

70

60

Tidak Tuntas

5

Priska Apriani

70

80

Tuntas

6

Ploren Margareta

70

80

Tuntas

7

M Esdi

70

58

Tidak Tuntas

8

M Yahya At-Te’i

70

78

Tuntas

9

Melisa Nopira

70

75

 Tuntas

10

Putri

70

55

Tidak Tuntas

11

Raffi Epriyadi

70

60

Tidak Tuntas

12

Ruben Pratama

70

60

Tidak Tuntas

13

Salwa Selpia

70

75

 Tuntas

14

Serin Olivia

70

60

Tidak Tuntas

15

Sirel

70

65

Tidak Tuntas

rata-rata

66,26

peserta didik yang tuntas

6

peserta didik yang tidak tuntas

9

presentase peserta didik yang tuntas

40%

presentase peserta didik yang tidak tuntas

60%

 

 Berdasarkan tabel di atas dari seluruh peserta didik kelas IV  pada semester ganjil tahun pelajaran 2022 /2023 pada Indahnya Saling Menghargai Dalam Keragaman kelas IV SDN 42 Talang Ubi terdapat 9 peserta didik (60%) belum mencapai batas Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP). Sedangkan nilai KKTP yang ditetapkan oleh SD  Negeri 42 Talang Ubi adalah 70.

Oleh karena itu perlu pembaharuan yang dilakukan oleh pendidik dalam melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan metode pembelajaran yang mampu menumbuhkan motivasi dan minat belajar peserta didik untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, yaitu dengan menggunakan metode make a match (mencari pasangan). Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curan (dalam Nugroho Adhi Santoso Dan Slameto) metode make a match dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik, keunggulan dalam metode ini peserta didik belajar menyenangkan dengan mencari sendiri pasangan mengenai suatu konsep atau topik, dengan mencari pasangan sendiri suatu konsep atau topik peserta didik dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran dapat menyebabkan timbulnya interaksi antara pendidik dengan peserta didik, ataupun peserta didik dengan peserta didik itu sendiri. Aktifitas peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan meningkatkan hasil belajar.[9]

Pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan metode yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif sehingga peserta didik menjadi subjek pembelajaran bukan objek pembelajaran.[10] Peneliti memilih metode make a match karena metode ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif dalam pembelajaran. Metode make a match dapat menarik perhatian peserta didik untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran dengan mencari pasangan kartu sambil belajar mengenai konsep materi dalam suasana yang menyenangkan. Dengan metode pembelajaran ini peserta didik akan berani dalam mengemukakan pendapatnya, peserta didik juga akan mudah mempelajari materi. Pemahaman peserta didik terhadap materi akan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Penerapan metode make a match diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal inilah yang menarik bagi penulis untuk mengadakan penelitian jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui

Metode Make A Match Materi Indahnya Saling Menghargai Dalam Keragaman kelas IV SDN 42 Talang Ubi”

B. Rumusan Masalah 

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ” Apakah Penerapan metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas IV SD Negeri 42 Talang Ubi ?”

C. Tujuan Penelitian 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Metode Make A Match

Untuk  Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik di Kelas IV SD Negeri 42 Talang Ubi

D. Manfaat Penelitian 

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 

1.     Bagi Sekolah 

Sebagai acuan dalam upaya meningkatkan kualitas belajar mengajar bidang studi Pendidikan Agama Islam. 

2.     Bagi Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam 

Sebagai bahan acuan dan memberikan alternatif dalam mengunakan model dan metode pembelajaran pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. 

3.     Dapat dijadikan bahan referensi, gambaran serta acuan dalam penggunaan model dan metode pembelajaran.

 


BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Kontekstual

1. Metode Make a  Match

a.  Pengertian Metode Make a Match

Metode adalah cara yang digunakan pendidik dalam membelajarkan peserta didik. Karena metode lebih menekankan pada peran pendidik.[11] Make a Match merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.1[12][13] 

Pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan metode yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif sehingga peserta didik menjadi subjek pembelajaran bukan objek pembelajaran. Make a Match merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan melalui permainan kartu, yaitu peserta didik diminta untuk mencari pasangan kartu yang merupakan pertanyaan atau jawaban sebelum habis batas waktu permainan. Peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.[14] Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode make a match yaitu kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu yang berisi jawaban dari pertanyaanpertanyan tersebut.13 Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran make a match merupakan suatu jenis pembelajaran kooperatif yang diterapkan dengan teknik mencari pasangan dengan bantuan kartu dan diberi poin apabila anak yang dapat mencocokkan kartunya. Serta dapat melatih anak untuk belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Penerapan metode make a match ini diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan serta materi pembelajaran yang disampaikan akan lebih menarik perhatian peserta didik, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Metode make a match atau mencari pasangan seperti difirmankan dalam Al-

Qur’an surat Yasin ayat 36 yang berbunyi:

 سُبۡحٰهَ الذَِّيۡ خَلقََ الَۡسَۡوَاجَ  كُلهََّا مِمَّا تىُۡۡۢبتُِ الَۡرَۡضُ وَمِهۡ اوَۡفسُِهِمۡ وَمِمَّا لََ يعَۡلمَُىۡنَ

Artinya: “Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. [15]

Dari firman Allah di atas bahwa, Allah telah menciptakan apa yang ada dimuka bumi ini dengan berpasang-pasangan baik dari diri kita maupun dari apa yang tidak kita ketahui.  

            b.         Tujuan Metode Make a Match

 Penerapan metode make a match dalam proses belajar mengajar memiliki 3 tujuan utama, yakni untuk mendalami materi, untuk mempelajari materi, dan untuk selingan ketika pendidik menyampaikan materi. Tujuan penggunaan metode make a match yang dipakai untuk selingan (games) ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung akan tetapi peserta didik mengalami kejenuhan, atau konsentrasi peserta didik tidak fokus lagi pada materi yang sedang dipelajarinya sehingga membutuhkan suasana segar. Pengembangan metode make a match pada mulanya merancang metode ini untuk pendalaman materi, peserta didik dilatih mendalami materi dengan cara memasangkan antara pertanyaan dan jawaban. Oleh karenanya sebelum metode ini digunakan peserta didik perlu mendapatkan penjelasan tentang isi materi pelajaran dari pendidik baru kemudian menggunakan metode ini untuk media pendalamannya. Lain halnya jika penggunaan metode ini untuk mempelajari/menggali materi pelajaran, pendidik tidak perlu membekali peserta didik dengan penjelasan isi materi

pelajaran, karena peserta didik sendiri yang akan membekali dirinya sendiri.15 Pembelajaran dengan menggunakan metode make a match mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan. Materi yang disampaikan lebih menarik perhatian, sehingga dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang sulit

c. Kelebihan metode Make a Match

 Adapun kelebihan dari metode Make a Match menurut Rofiqoh (dalam Putu Diah Febryani) adalah sebagai berikut: 

1)       Mampu menciptakan suasana yang aktif dan menyenangkan 

2)       Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian anak

3)       Mampu meningkatkan hasil belajar 

4)       Anak terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya melalui kartu 

5)       Meningkatkan kreativitas belajar anak 

6)       Menghindari kejenuhan anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar

Menurut Huda (dalam Putu Diah Febryani) kelebihan metode Make a Match adalah: 

1)       Dapat meningkatkan aktifitas belajar anak, baik secara kognitif maupun fisik 

2)       Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan 

3)       Meningkatkan pemahaman anak terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar anak 

4)       Efektif sebagai sarana melatih keberanian anak untuk tampil presentasi 

5)       Efektif melatih kedisplinan anak menghargai waktu untuk belajar.

16

                                                          

15  Naia Widia Alifia, “Tujuan Penggunaan Metode Make a Match” (On-line), tersedia di:

http://sdnegerimanismanja.blogspot.co.id/2016/04/tujuan-penggunaan-metode-make-match.html 14.56 (7 Mei 2018).

16  Putu Diah Febryani, Desak Putu Parmiti, dan Nice Maylani Asril, “Penerapan Metode Make a Match Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Pada Anak Kelompok B di Tk Dharma Sentana Candiksuma”. E-Journal Pg Paud Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 3 No.1 (2015)

d. Kekurangan Metode Make a Match 

Adapun kekurangan metode Make a Match menurut Huda (dalam Riske Nuralita) yaitu: 

1)       Jika tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang 

2)       Pada awal-awal penerapan metode, banyak peserta didik yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya

3)       Jika pendidik tidak mengarahkan peserta didik dengan baik, akan banyak peserta didik yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan

4)       Pendidik harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada peserta didik yang tidak mendapat pasangan 

5)       Penggunaan metode secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.[16]

e. Langkah-Langkah Metode Make a Match 

Menurut Agus Suprijono, langkah-langkah pembelajaran Make a Match sebagai berikut: 

1)       Pendidik menyiapkan Kartu-kartu yang terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. 

2)       Pendidik membagi kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaanpertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartukartu berisi jawabanjawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai. 

3)       Aturlah posisi kelompok kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan. 

4)       Pendidik membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. 

5)       Berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Ketika mereka diskusi alangkah baiknya jika ada musik instrumentalia yang lembut mengiringi aktivitas belajar mereka. 

6)       Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan dan membacakan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai.

7)       Setelah penilaian dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memosisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara, kelompok penilai pada sesi pertama tersebut di atas dipecah menjadi dua, sebagian anggota memegang kartu pertanyaan sebagian lainnya memegang kartu jawaban. 

8)       Posisikan mereka dalam bentuk huruf U. 

9)       Pendidik kembali membunyikan peluitnya menandai kelompok bergerak untuk mencari, mencocokkan, dan mendiskusikan pertanyaan-jawaban. 

10)   Masing-masing pasangan pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada penilai

 

Perlu diketahui bahwa tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang kartu jawaban, maupun penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaan-jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok. Demikian halnya bagi peserta didik kelompok penilai. Mereka juga belum mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas pasanganjawaban. Berdasarkan kondisi inilah pendidik memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik mengonfirmasikan hal-hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan pertanyaan-jawaban dan melaksanakan penilaian.[17]

Pendapat lain disampaikan oleh Rusman bahwa langkah-langkah kegiatan pembelajaran Make a Match sebagai berikut: 

1)        Pendidik menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu pertanyaan dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban) 

2)        Setiap peserta didik mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang 

3)        Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya(kartu soal/kartu jawaban)

4)        Peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang diberi poin 

5)        Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya 

6)        kesimpulan[18]

 

2. Hasil Belajar 

a. Pengertian Hasil Belajar 

Menurut R. Gagne (dalam Ahmad Susanto) menyatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.[19] Kata hasil dalam bahasa Indonesia mengandung makna perolehan dari suatu usaha yang telah dilakukan sebelumnya. Sehingga hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan polapola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apreasiasi dan keterampilan.21 Sebagaimana dalam Al-Qur’an yang tertuang dalam Surat Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi 

 اِومََّا يَتذَكََّزُ اوُلىُا الَْلَْبَابِ ࣖ

Artinya : Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.[20]

Ayat tersebut menjelaskan, hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada pendidik tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

Hasil belajar peserta didik dapat dinyatakan dengan nilai atau raport sesuai dengan pendapat Suryadibrata, yang menyatakan bahwa nilai raport merupakan rumusan terakhir dari pendidik mengenai kemajuan atau hasil belajar peserta didik dalam masa tertentu. Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, dan hasil belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Bagi seorang peserta didik belajar merupakan suatu kewajiban hal ini sesuai dengan pandangan Islam yang mengatakan menuntut ilmu (belajar) bagi setiap orang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka.[21]

  Sudjana (dalam Ni Nyoman Ayu Sugiartini) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Setelah peserta didik mengikuti pembelajaran, pendidik melakukan penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai peserta didik. Hasil belajar inilah yang menjadi sebuah gambaran bagi pendidik tentang proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, serta dari hasil belajar pendidik dapat mengetahui kemampuan peserta didik selama mengikuti pembelajaran. Hasil belajar

yang baik tidak hanya diukur melalui nilai hasil belajar peserta didik, namun juga memberikan perubahan perilaku kearah yang lebih baik.[22]

  Makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan peserta didik. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.[23]

b. Macam-Macam Hasil Belajar

1)          Pemahaman Konsep (Aspek Kognitif)  

Pemahaman menurut Bloom diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar peserta didik mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang di berikan oleh pendidik kepada peserta didik, atau sejauh mana peserta didik dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.

2)          Ketrampilan Proses (Aspek Psikomotor) 

Usman dan Setiawati (dalam Ahmad Susanto) mengemukakan bahwa ketrampilan proses merupakan ketrampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu peserta didik. Ketrampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya

3)          Sikap (Aspek Afektif) Menurut Lange (dalam Ahmad Susanto), sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup pula aspek respons fisik. Jadi, sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak Jika mental saja yang dimunculkan, maka belum tampak secara jelas sikap seseorang yang di tunjukannya.[24]

 

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar 

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri peserta didik sendiri dan faktor dari luar diri peserta didik:

a.         Faktor dari dalam diri peserta didik Faktor dari dalam diri peserta didik yang berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan peserta didik. Salah satu hal penting dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri peserta didik bahwa belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya. Minat belajar berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang dipelajari peserta didik. Minat inilah yang harus dimunculkan lebih awal dalam diri peserta didik. Minat, motivasi, dan perhatian peserta didik dapat dikondisikan oleh pendidik. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda

b.         Faktor dari luar diri peserta didik Faktor dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan social budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), pendidik, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Pendidik merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab pendidik merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Dalam hal ini, pendidik harus memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan dalam profesi pendidik. Untuk memahami faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik pendidik dapat melakukan berbagai pendekatan, diantaranya dengan wawancara, observasi, kunjungan rumah, atau isian berupa angket

(kuesioner).[25]

 

4. Indikator Hasil Belajar 

Banyak pendidik yang merasa sukar untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya mengenai apakah pengajaran yang telah dilakukan berhasil, mengingat pengajaran merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, maka disini dapat ditentukan dua kriteria yang bersifat umum. Meurut Sudjana, kedua kriteria tersebut adalah:

                       a.           Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya 

Untuk mengukur keberhasilan mengajar dari sudut prosesnya dapat dikaji melalui beberapa persoalan dibawah ini: 

1)      Apakah pengajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh pendidik dengan melibatkan peserta didik secara sistematik?

2)      Apakah kegiatan peserta didik belajar dimotivasi pendidik sehingga peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan penuh kesabaran, kesungguhan dan tanpa paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan, pengetahuan, kemampuan serta sikap yang dikehendaki dari pengajaran itu? 

3)      Apakah pendidik memakai multi media? 

4)      Apakah peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengotrol dan menilai sendiri hasil belajar yang dicapainya? 

5)      Apakah proses pengajaran dapat melibatkan semua peserta didik dalam kelas? 

6)      Apakah suasana pengajaran atau proses belajar mengajar cukup menyenangkan dan merangsang peserta didik belajar? 

7)      Apakah kelas memiliki sarana belajar yang cukup kaya, sehingga menjadi laboraturium belajar?

                       b.           Kriteria ditinjau dari hasilnya 

Keberhasilan belajar dapat dilihat dari segi hasil. Berikut ini adalah beberapa persoalan yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan pengajaran ditinjau dari segi hasil atau produk yang dicapai peserta didik: 

1)     Apakah hasil belajar yang diperoleh peserta didik dari proses pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh?

2)     Apakah hasil belajar yang dicapai peserta didik dari proses pengajaran dapat diaplikasikan dalam kehidupan peserta didik? 

3)     Apakah hasil belajar yang diperoleh peserta didik tahan lama diingat dan mengendap dalam pikirannya, serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya? 

4)     Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukan oleh peserta didik merupakan akibat dari proses pengajaran?

 

5. Indahnya Saling Menghargai Dalam Keragaman 

Indonesia merupakan negeri begitu majemuk, terdiri dari aneka ragamnya agama, suku, warna kulit, bangsa, dengan kekhasan masingmasing. Saling menghormari serta menghargai yaitu suatu modal paling utama dalam hidup yang damai. Keragaman merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari serta merupakan sunatullah.[26] Sebagaimana hal ini disebutkan di dalam al-qur’an al-hujurat ayat 13 sebagai berikut:

                                                  

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dari ayat di atas sudah jelas bahwa Allah Swt. menciptakan manusia itu beragam terdiri dari jenis kelamin ada perempuan dan lakilaki serta bermacam bangsa dan suku. Oleh karena itu sebagai umat beragama maka sudah menjadi kewajiban untuk saling menghormati dan menghargai dalam keragaman yang kita temui dalam kehidupan seharihari.

 

 

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai metode make a match yang telah dilakukan dan dapat dijadikan kajian dalam penelitian ini yaitu penelitian dari: 

1.       Penelitian yang dilakukan oleh Kusningsih disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas I SD N Grobog Kulon 03 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014”, kenaikan skor rata-rata maupun ketuntasan belajar yang signifikan yaitu kenaikan skor ratarata: siklus 1 dari 64.2 siklus 2 menjadi 78.3. Ketuntasan belajar peserta didik: siklus 1 dari 58% (7 peserta didik) dari 12 peserta didik dan siklus 2 menjadi 92% (11 peserta didik) dari 12 peserta didik. [27]

2.       Penelitian yang dilakukan oleh Nanang Sukmawijaya, dalam penelitiannya yang berjudul upaya peningkatan hasil belajar IPA pada materi tumbuhan hijau melalui strategi make a match di kelas V madrasah ibtidaiyah swasta darul qalam senayang kabupaten lingga dengan menerapkan strategi make a match hasil belajar peserta didik meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada hasil tes sebelum tindakan dapat dilihat bahwa hasil belajar peserta didik pada materi tumbuhan hijau dari 14 orang peserta didik kelas V, yang tuntas hanya 2 orang peserta didik sisanya tidak tuntas dengan jumlah 12 orang. Selanjutnya pada siklus I hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 6 orang peserta didik yang tuntas, dan 8 orang peserta didik yang belum tuntas. Maka dilanjutkan dengan siklus II dengan perbaikanperbaikan yang telah dipaparkan pada Bab IV, maka hasil belajar peserta didik kembali meningkat yaitu 12 orang peserta didik tuntas, dan hanya 2 orang peserta didik yang belum tuntas. [28]

3.       Sigit Tri Purwanto dan Esti Harini, dengan penelitian yang berjudul

“Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Tipe Make a Match”. Dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan dari pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan, begitu pula dari siklus I ke siklus II. Pada setiap siklus terdapat perbaikan, pembelajaran matematika siswa meningkat dan mencapai keberhasilan. Minat dan hasil belajar siswa meningkat. Hasil persentase angket minat belajar siswa kelas VIII B MTs Negeri Pundong pada pra siklus 57,95% dengan kategori sedang, siklus I 69,01% dengan kategori sedang, dan siklus II 85,50% dengan kategori tinggi. Peningkatan rata-rata persentase minat belajar siswa dari satu siklus ke siklus selanjutnya minimal 5%. Kemudian untuk nilai tes matematika terlihat bahwa hasil belajar siswa pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Nilai rata-rata tes matematika meningkat, peningkatan persentasenya sebesar 10,53% dari pra siklus ke siklus I dan persentase siswa yang mencapai KKM pada pra siklus sebesar 52,63% atau 10 siswa dari 19 siswa, sedangkan persentase siswa yang mencapai KKM pada siklus I sebesar 63,16% atau 12 siswa dari 19 siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan persentase sebesar 15,79% dengan nilai rata-rata 78,32 dan persentase siswa yang mencapai KKM yakni 78,95% atau 15 siswa dari 19 siswa. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan pembelajaran model Make a Match terbukti dapat meningkatka hasil belajar matematika siswa.[29]

 

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

1.       Tempat Penelitian  

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 42 Talang Ubi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan kepada seluruh peserta didik kelas IV  sebanyak 15 peserta didik. 

2.       Waktu Penelitian  

Waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah semester ganjil tahun pelajaran 2022 /2023 dari bulan November sampai bulan Januari 2024. 

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas merupakan penelitian praktis yang dilakukan dengan mengkaji masalahmasalah yang dihadapi pendidik di dalam kelas dan dilakukan tindakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.[30] Hasil utama penelitian tindakan kelas adalah berupa perbaikan atau peningkatan perilaku pendidik dalam KBM. Terkait dengan hal tersebut, beberapa tujuan yang dapat dicapai melalui pelaksanaan PTK antara lain: 

1.   Mengubah kinerja atau perilaku pendidik dalam mengajar yang dinilai tidak efisien. Perubahan kinerja ini dilakukan dengan melakukan refleksi atau penilaian diri, sehingga pendidik didorong untuk bekerja lebih efektif dan efisien

2.   Meningkatkan moral atau semangat kerja pendidik yang dinilai rendah. Selain memiliki tujuan, penelitian tindakan kelas adalah salah satu metode penelitian praktis yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja pendidik. Yang memiliki beberapa manfaat, Untuk lebih jelasnya, diuraikan sebagai berikut: 

1)   Memperbaiki praktik pembelajaran 

2)   Menyesuaikan teori dengan praktik pembelajaran 

3)   Melaksanakan penelitian dengan tidak mengganggu tugas sebagai Pendidik 

4)   Menelaah efektivitas pembelajaran33

 

Penelitian tindakan kelas (PTK) dapat meningkatkan kualitas pendidik dalam melaksanakan kewajiban dalam proses KBM dan sekaligus meningkatkan kualitas profesi pendidik/tenaga kependidikan yang sekarang dirasakan menjadi hambatan utama didalam dunia pendidikan. Penelitian tindakan kelas dari namanya sudah menunjukan isi yang terkandung di dalamnya yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada 3 pengertian yang dapat diterangkan yaitu : 

1.       Penelitian merupakan proses penyelidikan ilmiah yang dilakukan secara terencana untuk memperoleh fakta guna memperkuat, mengembangkan atau membantah sesuatu yang sudah diyakini kebenarannya.

2.       Tindakan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk terlaksananya pembelajaran efektif dan efisien. 

3.       Kelas dapat diartikan sekelompok peserta didik dalam satu tingkatan yang sama yang melakukan aktivitas pembelajaran. 34

 

Dengan menggabungkan ketiga kata tersebut, yakni penelitian,tindakan dan kelas, maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, tetapi dalam sebuah kelas. Tindakan tersebut diberikan oleh pendidik atau dengan arahan dari pendidik yang dilakukan peserta didik. Dalam sebuah penelitian pastinya memiliki karakteristik atau ciri khusus yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian-penelitian yang lain. Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik sebagai berikut: 

                                                          

33  2 Ibid, h. 15-16.

34  Benidiktus Tanujaya dan Jeinne Mumu, Penelitian Tindakan Kelas Panduan Belajar Mengajar Dan Meneliti (Yogyakarta: Media Akademi, 2016), h. 4.

 

1.     Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri pendidik bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. 

2.     Penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial. 

3.     Penelitian tindakan kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku pendidik dan peserta didik dalam melakukan interaksi.

4.     Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan.[31]

 

C. Rancangan  Tindakan 

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dua siklus dengan mengembangkan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Secara garis besar tahapan penelitian ada empat langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi

1.       Perencanaan (planning)  

Merupakan rancangan tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap sebagai usulan solusi permasalahan.

2.       Tindakan (action)  

Merupakan apa yang dilakukan oleh pendidik sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Tindakan yang dilakukan merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun. 

3.       Pengamatan (observation)  

Merupakan kegiatan pengamatan atas tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap peserta didik. Pada umumnya observasi dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung

4.       Refleksi (reflection) 

Merupakan kegiatan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan proses yang dilakukan dalam kaitannya dengan hasil atau dampak dari tindakan. 

Spiral atau puturan (siklus) tahapan PTK adalah pelaksanaan tahapan yang berulang, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi, dan kembali ke perencanaan selanjutnya berdasarkan refleksi pada akhir setiap siklus. Penelitian dapat dilakukan sampai beberapa siklus sampai indikator keberhasilan dapat dicapai. Prosedur tersebut banyak diacu oleh pendidik dalam melaksanakan PTK dengan membuat bagan sebagai berikut:[32]

 

 

Gambar. 1 Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Tanggart

 

 

D. Desain dan Prosedur Tindakan

Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan desain dengan model siklus Kemmis dan Taggart yang setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tahap-tahap tersebut dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya secara ulang sampai masalah yang dihadapi dianggap telah teratasi. Namun pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan dalam dua siklus, yang mana pada siklus I akan dilakukan 2 pertemuan dan siklus II akan dilakukan 2 pertemuan serta siklus 3 akan dilakukan 2 pertemuan. Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan di kelas IV  dengan menggunakan metode pembelajaran make a match adalah:

Prosedur Siklus I

1.     Tahap perencanaan

Pada tahapan perencanaan ini peneliti menyusun rencana tindakan dan rencana penelitian yang hendak dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Kegiatan perencanaan tersebut diantaranya:

a.        Mempersiapkan silabus yang akan digunakan.

b.       Menetapkan materi yang akan diajarkan.

c.        Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (Modul Ajar).

d.       Mempersiapkan media atau alat yang akan digunakan untuk pembelajaran.

e.        Menyusun dan Mempersiapkan lembar pengamatan/observasi untuk aktivitas pendidik dan peserta didik.

f.        Membuat soal tes evaluasi peserta didik sebagai alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar peserta didik

2.     Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan yaitu penerapan isi rancangan pada penelitian ini dimulai dari persiapan cara:

a.        Mengkondisikan ruangan belajar bagi peserta didik

b.       Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai

c.        Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran make a match, tahap kegiatannya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam Modul Ajar

b. Melakukan post-test untuk mengetahui hasil belajar peserta didik

3.     Pengamatan (observing)

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan juga peserta didik dalam proses pembelajaran menggunakan metode make a match. Dalam penelitian ini hasil pengamatan kemudian didiskusikan dengan pengamat yang bertujuan untuk memberikan pendapat mengenai proses dan hasil pembelajaran yang sedang berlangsung, memberi kritikan dan penjelasan masalah-masalah yang dihadapi

4.     Refleksi

Kegiatan refleksi mencakup kegiatan analisis dan interprestasi atas informasi/hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Artinya peneliti dan pengamat mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil tindakan baik terhadap proses maupun terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Tahap ini dilakukan terhadap proses  pembelajaran pada siklus pertama dan menjadi pertimbangan pada siklus kedua.

 

Prosedur Siklus II

Dalam siklus II seperti halnya siklus I dengan catatan sudah direvisi yang terdiri dari :

1. Perencanaan

Pada tahapan perencanaan ini peneliti menyusun rencana tindakan dan rencana penelitian yang hendak dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Kegiatan perencanaan tersebut diantaranya:

a.        Menetapkan materi yang akan diajarkan.

b.       Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (Modul Ajar).

c.        Mempersiapkan media atau alat yang akan digunakan untuk pembelajaran.

d.       Menyusun dan Mempersiapkan lembar pengamatan/observasi untuk aktivitas pendidik dan peserta didik.

e.        Menyusun alat evaluasi atau tes


Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan kegiatan belajar berdasarkan hasil refleksi siklus I.

3.     Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan juga peserta didik dalam proses pembelajaran menggunakan metode make a match. Dalam penelitian ini hasil pengamatan kemudian didiskusikan dengan pengamat yang bertujuan untuk  memberikan pendapat mengenai proses dan hasil pembelajaran yang sedang berlangsung, memberi kritikan dan penjelasan masalah-masalah yang dihadapi

4.     Refleksi

Bila dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus kedua dan seterusnya merupakan putaran ulang dari tahapan selanjutnya. Hanya saja antara siklus pertama, kedua dan selanjutnya selalu mengalami perbaikan setahap demi setahap.

 

E.   Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah Pendidik dan Peserta didik Kelas IV  SD Negeri 42 Talang Ubi, untuk memperoleh data tentang penerapan metode make a match dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

 

F. Teknik Pengumpulan Data 

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data.[33]   Adapun teknik pengumpulan data yang akan penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1.        Observasi 

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan terhadap objek (benda, peristiwa) diikuti dengan pencatatan secara cermat. Tujuan observasi hendaknya ditetapkan sebagai cara memperoleh data yang diperlukan untuk membantu memperbaiki proses dan dampak pembelajaran. Metode observasi yang umum digunakan dalam PTK dapat dikelompokkan menjadi 4 metode yaitu obsevasi terbuka, observai terfokus, observasi terstruktur dan observasi sistematik. Pendidik sebagai pelaksana PTK perlu memilih, memodifikasi, atau mengembangkan lembar observasi untuk dapat memperoleh data yang bermutu.[34]

2.        Tes

Tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar peserta didik yang memerlukan jawaban benar atau salah.[35] Adapun jenis Tes yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik, yaitu melalui tes tertulis adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk tertulis.

3.        Dokumentasi 

Metode dokumentasi digunakan untuk mengidentifikasi kecenderungan dalam penelitian dan praktek mengenai suatu fenomena dalam suatu bidang.[36] Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data nilai awal peserta didik, untuk mengetahui data-data keadaan sekolah dan peserta didik, serta untuk mengambil gambar atau foto sebagai bukti penelitian.

 

G. Instrumen Penelitian 

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.  Lembar Observasi Aktivitas Pendidik

Adapun yang menjadi lembar observasi dalam penelitian ini yaitu lembaran yang berisikan segala macam kegiatan pendidik yang meliputi beberapa indikator diantaranya menjelaskan, Membimbing, mengarahkan, menyuruh dan mengawasi. Adapun dilakukannya observasi ini yaitu untuk mendapatkan data tentang cara apa yang dilakukan oleh pendidik dalam menggunakan metode make a match.

Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik

Alat untuk mengukur aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Data aktivitas peserta didik ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas peserta didik selama pembelajaran. Adapun yang menjadi lembar observasi dalam penelitian ini yaitu lembaran yang berisikan segala macam kegiatan peserta didik yang meliputi beberapa indiator diantaranya seperti mendengarkan dan melaksanakan apa yang diperintahkan pendidik dalam menggunakan metode pembelajaran make a match.

3. Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal pilihan ganda yang disusun berdasarkan indikator-indikator. Sejumlah soal yang mencakup materi yang diajarkan atau yang telah dipelajari. Tujuan tes yaitu untuk mengetahui, mengukur dan mendapatkan data tertulis tentang kemampuan peserta didik dalam memahami dan menguasai materi. Tes dilakukan pada lembar tes yang terdiri dari 10 soal yang berbentuk pilihan ganda.

 

H. Analisis Data 

Analisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterprestasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.[37]Analisis data merupakan bagian penting dari pelaksanaan PTK. Kualitas dan hasil analisis data menentukan kebermaknaan PTK yang dilakukan. Setelah data terkumpul yang terdiri dari hasil observasi terhadap aktivitas pendidik dan aktivitas peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode make a match serta hasil belajar yang berupa hasil nilai tes setiap akhir siklus. Maka langkah selanjutnya adalah :

1. Menganalisis data hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan setiap siklus dengan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yangditujukan untuk menggambarkan fenomenafenomena yang ada, yangberlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.[38] Data yang diperoleh daritindakan kelas akan dianalisis untuk mengetahui tingkat kesesuaian dankeberhasilan saat menggunakan metode make a match.

Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data adalah sebagai berikut:

a.    Reduksi data proses reduksi data mencakup seleksi, menetapkan fokus, menyederhanakan, membuat abstraksi, dan melakukan tranformasi data yang diperoleh selama observasi.

b.   Pemaparan (display) data, memaparkan berarti mengorganisasikan dan membuat intisari dari data yang saling terkait sehingga memungkinkan peneliti untuk dapat menarik simpulan dan tindakan selanjutnya. Pemaparan data dapat dilakukan dengan menggunakan matrik (tabel), bagan, atau grafik. Reduksi data dan pemaparan data adalah bagian dari analisis data kualitatif yang dibutuhkan untuk menarik simpulan sesuai dengan permasalahan penelitian.

c.    Penarikan kesimpulan dan verifikasi, proses penarikan kesimpulan dan verifikasi data kualitatif sudah dimulai semenjak proses pengumpulan data,yakni dalam upaya mencari pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin,hubungan antar faktor/variabel, dan skema. Untuk dapat membuatkesimpulan yang sesuai dengan pertanyaan penelitian, peneliti harusmemeriksa apakah data yang dikumpulkan masih relevan atau terkait denganrumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan.[39]

Selanjutnya, Analisis data secara kuantitatif yaitu dengan membandingkan hasil tes pada setiap siklusnya. Penulis mencari persentase ketuntasan dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

 

P = F  x 100%

       N

Keterangan :

P: Angka Persentase

F: Jumlah nilai yang diperoleh

N: Jumlah seluruh peserta didik[40]

 

I. Indikator Keberhasilan 

Untuk memberikan gambaran tentang keberhasilan hasil penelitian, penulis menetapkan indikator keberhasilan penelitian, sebagai berikut:

1.     Dalam penelitian ini diterapkan dalam ketuntasan belajar peserta didik secara individual, dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran 70.

2.     Secara klasikal dinyatakan tuntas apabila nilai peserta didik yang sudah tuntas mencapai 80% dari jumlah keseluruhan peserta didik. Pada penelitian ini indikator keberhasilan adalah meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV SD Negeri 42 Talang Ubi dengan menggunakan metode pembelajaran make a match pada penelitian ini dinyatakan berhasil jika materi yang disampaikan dikuasai oleh peserta didik secara tuntas.

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR   PUSTAKA  

Abdullah Sani, Ridwan dan Sudirman, Penelitian Tindakan Kelas Pengembangan  Profesi Guru Tangerang: Tira Smart, 2017.

 

Alifia Widia, Naia, Tujuan Penggunaan Metode Make a Match” (On-line),  tersediadi:http://sdnegerimanismanja.blogspot.co.id/2016/04/tujuan penggunaanmetode-make-match.html 14.56 (7 Mei 2018).

 

Andriani, Durri, Metode Penelitian, Banten: Universitas Terbuka, 2016.

 

Anitah W, Sri, Strategi Pembelajaran di SD, Tanggerang Selatan: Universitas  Terbuka, 2014.

 

Arikunto, Suharmi, Prosedur Penelitian Suatu Pengembangan Praktik, Jakarta:  Rineka Cipta, 2013.

 

Buku Guru Kelas IV SD/MI PAIBP, Jakarta : Kementerian Pendidikan dan  Kebudayaan, 2021.

 

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemannya, Bandung: Diponegoro, 2014.

 

Febryani Diah, Putu, dkk, “Penerapan Metode Make a Match Untuk  Meningkatkan Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Pada Anak

Kelompok B di Tk Dharma Sentana Candiksuma”, E-Journal Pg Paud Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 3 No.1, 2015.

 

Fitriati, Erlina dan Syamsu Hadi, “Keefektifan Metode Pembelajaran Make a Match Terhadap Hasil Belajar Kompetensi Dasar Permintaan dan

Penawaran Uang  Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Semarang”. Economic Education  Analysis Journal, Vol. 3 No. 1, 2014.

 

Kusningsih, “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match dalam Pembelajaran Tema Keluarga”, Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, Vol. 16 No. 2, 2014.

 

Lingga Dewi, Nuralita Riske dan Alfi Laila, “Pengaruh Metode Make A Match  Dengan Media Gambar Terhadap Kemampuan Mengenal Kekhasan

Bangsa Indonesia Seperti Kebhinekaan Siswa Kelas Iii Sdn Purwodadi

Kec. KrasKab. Kediri Tahun Ajaran 2015”. Terampil Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, Vol. 2 No. 2, 2015.

 

Putri Destia, Ariska dan Syofnidah Ifrianti, “Peningkatan Hasil Belajar


Matematika Dengan Menggunakan Alat Peraga Jam Sudut Pada Peserta

Didik Kelas IV SDN 2 Sunur Sumatera Selatan”, Terampil Jurnal Pendidikan dan  Pembelajaran Dasar, Vol. 4, No. 1, 2017.

 

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

 

Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana, 2013.

Santoso Adhi, Nugroho dan Slameto, “Peningkatan Hasil Belajar Matematika  Melalui Metode Pembelajaran Make a Match Berbantu Media Gambar

Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 4 No. 2

 

Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset, 2013.

 

Sukmadinata Syaodih, Nana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja  Rosdakarya, 2013.

 

Susanto, Ahmad, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Prenamedia Group, 2013.

 

Tanujaya, Benidiktus dan Jeinne Mumu, Penelitian Tindakan Kelas Panduan Belajar Mengajar dan Meneliti, Yogyakarta: Media Akademi, 2016.

 

Taufiq, Agus, dkk, Pendidikan Anak di SD, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2017.

 

Wardhani, Igak dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas, Tangerang  Selatan: Universitas Terbuka, 2016.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] Agus Taufiq, Hera L Mikarsa dan Puji L Prianto, Pendidikan Anak di SD (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2017), h.1.6. 

[2] Ibid, h. 1.11.

[3] Ismail Suardi Wekke dan Ridha Windi Astuti, “Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Implementasi di Wilayah Minoritas Muslim”. Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah, DOI:

[4] .24042/Tadris.v2i1.1736 (Juni 2017). 

 

[5] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2014), h. 459

[6] Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset, 2013), h. 28.

[7] Agus Taufiq, Op.Cit. h. 5.3-5.4.

[8] Sri Anitah, Strategi Pembelajaran di SD (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), h. 1.24.

[9] Nugroho Adhi Santoso dan Slameto, “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode

Pembelajaran Make a Match Berbantu Media Gambar Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 4 No. 2, h. 96

[10] Erlina Fitriati dan Syamsu Hadi, “Keefektifan Metode Pembelajaran Make a Match Terhadap Hasil Belajar Kompetensi Dasar Permintaan dan Penawaran Uang Pada Siswa Kelas X SMA

Negeri 16 Semarang”. Economic Education Analysis Journal, Vol. 3 No. 1 (Juni 2014), h. 67

[11] Sri Anitah, Strategi Pembelajaran di SD (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014), h.

[12] .24.

[13] Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 223

[14] Erlina Fitriati dan Syamsu Hadi, “Keefektifan Metode Pembelajaran Make a Match Terhadap Hasil Belajar Kompetensi Dasar Permintaan dan Penawaran Uang Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 16 Semarang”. Economic Education Analysis Journal, Vol. 3 No. 1 (Juni 2014), h. 67 13 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 94.

[15] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2014), h.353.

[16] Riske Nuralita Lingga Dewi dan Alfi Laila, “Pengaruh Metode Make a Match Dengan Media

Gambar Terhadap Kemampuan Mengenal Kekhasan Bangsa Indonesia Seperti Kebhinekaan Siswa

Kelas Iii Sdn Purwodadi Kec. Kras Kab. Kediri Tahun Ajaran 2015”. Terampil Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, Vol. 2 No. 2 (Desember 2015).

[17] Agus Suprijono, Loc.Cit. h. 94

[18] Rusman, Op.Cit. h. 223-224

[19] Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Prenamedia Group, 2013), h. 1. 21 Agus Suprijono, Op.Cit. h. 5.

[20] Departemen Agama RI, Op.Cit. h. 459.

[21] Ariska Destia Putri dan Syofnidah Ifrianti, “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Alat Peraga Jam Sudut Pada Peserta Didik Kelas IV SDN 2 Sunur Sumatera

Selatan”. Terampil Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 4 No. 1 (Juni 2017), h. 3-4

[22] Ni Nyoman Ayu Sugiartini, I Ketut Ardana dan Rini Kristiantari, “Model Pembelajaran

Modified Free Inquiry Bernuansa Outdoor Study Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas V SD Gugus 2 Kuta Utara Tahun Ajaran 2013/2014” Jurnal Mimbar Pgsd Universitas Pendidikan Ganesha , Vol. 2 No. 1 (Tahun 2014)

[23] Syofnidah Ifrianti dan Yesti Emilia,“Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Media

Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas III MIN 10 Bandar Lampung”. Terampil Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 3 No. 2 (Desember 2016), h. 227-228

[24] Ahmad Susanto, Op.Cit. h. 6-10

[25] Sri Anitah, Op.Cit, h. 2.7-2.8

[26] Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SD Kelas IV, (Jakarta:Pusat Kurikulum dan Perbukuan,2021)  Hlm 42

[27] Kusningsih, “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Make a Match dalam

Pembelajaran Tema Keluarga”. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, Vol. 16 No. 2 (Oktober 2014)

[28] Nanang Sukmawijaya, “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Pada Materi Tumbuhan Hijau

Melalui Strategi Make a Match di Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Swasta Darul Qalam Senayang

Kabupaten Lingga”. (Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau Pekan Baru, 2013).

[29] Sigit Tri Purwanto dan Esti Harini, “Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Tipe Make a Match”. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas (punfong 2015

[30] Ridwan Abdullah Sani dan Sudirman, Penelitian Tindakan Kelas Pengembangan Profesi Guru (Tangerang: Tira Smart, 2017), h. 5

[31] Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016), h. 1.5-1.6.

[32] Ridwan Abdullah Sani dan Sudiran, Op.Cit, h. 24-26.

[33] Suharmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengembangan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013), h. 266.

[34] Ridwan Abdullah Sani dan Sudiran, Op.Cit, h. 71-74

[35] Adi Suryanto, Evaluasi Pembelajaran di SD (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016), h.1.4

[36] Durri Andriani, Metode Penelitian (Banten: Universitas Terbuka, 2016), h. 5.4

[37] Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana, 2013), h. 106

[38] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 54.

[39] Ridwan Abdullah Sani dan Sudiran, Op.Cit, h. 85-88

[40] Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembang profesi Guru, h. 74.

Tidak ada komentar:

PTK PRASIKLUS

    UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE MAKE A MATCH MATERI INDAHNYA SALING MENGHARGAI DALAM KERAGAMAN PADA SISWA K...