Guru Profesional
My Name Is Abdul Hendi

Sabtu, 10 Agustus 2024

ANALISIS BAHAN AJAR Jurnal 2 Akidah Akhlak

                                                                                                             PENDALAMAN MATERI 

                                                                                                                        (ANALISIS BAHAN AJAR )


Nama  Mahasiswa    :  ABDUL HENDI,S.Pd.I
Kelas                            : A K1 20241
Mata Kuliah                 Akidah Akhlak 
Tugas                          : Analisis Bahan Ajar ( Jurnal 2)
dosen Pengampuh     Dr. Indah wigati,M.Pd.I.

1. Tiga konsep yang dibahas dalam bahan ajar jurnal/artikel

A. Nilai Ihsan Dalam Pendidikan Akhlak Jama’ah Masjid Al-Muwahidin Ponorogo
        Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu akhlaqu bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti “perangai” yang terbentuk melalui suatu keyakinan atau ajaran tertentu. Kata perangai sering juga disebut sebagai “tabiat” atau karakter. 
       Secara etimologis akhlak berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Menurut Ali akhlak diartikan sebagai sikap yang melahirkan perbuatan baik atau buruk. Ibnu Athir menjelaskan bahwa hakikat makna khuluq merupakan gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifatsifatnya), sedangkan khalq merupakan bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya). Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat (al-Ahzab (33): 21) bahwa percontohan ini dapat kita lihat dalam firman Allah SWT “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

B. Adapun faktor-faktor dalam pembentukan akhlak antara lain adalah sebagai berikut: 
1.  Faktor internal meliputi:
 a. insting atau naluri, merupakan karakter yang melekat dalam jiwa seseorang yang dibawanya sejak lahir. 
 b Adat/ kebiasaan, merupakan setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang–ulang dalam bentuk yang 
     sama sehingga menjadi suatu kebiasaan. 
c. Keturunan, adalah berpindahnya sifat– sifat tertentu dari orangtua kepada anak. 

2. Faktor eksternal seperti lingkungan alam, dan lingkungan pergaulan meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah ataupun lingkungan kerja, diantara manusia bisa saling mempengaruhi baik dalam hal pemikiran, sifat, dan tingkah laku.

B. Konsep Ikhlas dalam Ajaran Wahidiyyah
        Secara bahasa, ikhlas berarti “memurnikan”. Jika dikaitkan dengan pelaksanaan ibadah maka yang dimaksud ikhlas adalah menjalankan ibadah disertai niat yang ikhlas tanpa pamrih apapun, baik pamrih duniawi maupun pamrih ukhrawi, baik pamrih yang bersifat spiritual maupun material. Hal ini berlaku pada semua bentuk ibadah, baik ibadah yang berhubungan dengan Allah dan RasulNya maupun yang berhubungan dengan sesama manusia.
       Konsep ikhlas tanpa pamrih berasal dari pemahaman ajaran lillahbillah. Lillah adalah perbuatan seseorang dalam bentuk apa saja, baik lahir maupun batin, baik yang wajib maupun sunnah, lebih-lebih yang berhubungan dengan ibadah kepada Allah Swt. dan Rasulullah Saw. Billah berarti segala sasuatu apapun bentuknya itu milik Allah, sebagaimana firman-Nya “la hawla wa la quwwata illa billah.” bahwasanya Allahlah yang menciptakan hambanya dan apa yang di perbuatnya. Jadi segala tindakan manusia apapun bentuknya baik lahir ataupun batin tidak akan terwujud, kecuali dikehendaki, diciptakan, digerakkan oleh Allah Swt. dalam hal ini seorang jama’ah harus melatih diri jangan merasa bahwa memiliki kekuatan sendiri untuk mewujudkan keinginannya karena semuanya berasal dari Allah.

C. Implementasi Konsep Ikhlas Pada Jamaah Salawat Wahidiyyah Masjid Al-Muwahidin Madusari Siman Ponorogo
        Suharto berpendapat bahwa Ikhlas merupakan sumber budi pekerti, seseorang dalam beramal dan berbuat tidak mengharap pujian, balasan atau imbalan apapun, semata-mata untuk mengabdi dan memenuhi perintahNya, serta mengharap ridha Allah Swt. dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya
        Menurut jama’ah Mansyurudin di Masjid al-Muwahidun, budi pekerti atau aklak terpuji ikhlas ini dapat diimplementasikan oleh individu, keluarga, masyarakat, maupun komunitas umat beragama untuk bertaqarub kepada Allah dan mendapatkan pengalaman hidup yang tenang, nyaman, damai, tidak mudah mengeluh dan sebagainya. Nur Aidah  menambahkan pengalaman orang dalam beribadah itu berbeda-beda, buah dari ikhlas itu dapat dirasakan yang bersangkutan tergantung niat yang ditaman di dalam hatinya, niatannya pamrih untuk mendapatkan sesuatu atau hanya mengharap ridlo Allah Swt.
Penerapan ikhlas dalam diri individu/pribadi menurut Aminatun, dan Musriati50 dapat dilakukan dengan niat ibadah semata-mata karena Allah, tidak uring-uringan di dalam hatinya, tidak mengharapkan pahala dan tidak takut akan siksaan neraka, dalam beribadah seperti dzikir, shalat, membaca salawat, membantu orang tua, menolong orang secara spontan tidak ada pengaruh dari manapun, tidak memandang keadaan, kedudukan derajat seseorang dan sebagainya, semua tindakan yang dilakukan dengan ikhlas akan menumbuhkan sikap sopan santun dan tawadhu’ serta membebaskan seseorang dari ketidaknyamanan/ siksaan lahir dan bathin. 
          Hal senada yang di artikan oleh  Mahdi, Aminatun, dan Mansyurudin42salawat wahidiyyah, pengertian ikhlas adalah niatan dalam hati untuk beribadah semata-mata hanya karena Allah Swt. dengan tidak mengharap balasan apapun kecuali hanya ridlo Allah Swt. dan sama sekalitidak takut akan siksaan api neraka. Ibadah yang dilakukan jama’ah seharusnya tanpa pamrih baik duniawi maupun ukhowi, misalnya supaya begini, supaya begitu, ingin pahala, ingin surga, kehormatan, gelar, kedudukan, imbalan duniawiah dan sebagainya

     Konstektualisasi materi dengan realita sosial yang saya temui dalam bahan ajar adalah, fenomena yang terjadi dimasyarakat maupun di sekolah, ditengah –tengah masyarakat yang sudah banyak terpengaruh oleh media, bahwa ilmu ikhlas ini memang mudah kita mengajarkannya namun dalam penerapannya masih sangat jarang orang yang bisa menerapkannya sesuai konsep yang telah diajarkan, sebagaimana diketahui ditengah-tengah masyarakat modern segala sesuatu yang dilakukan harus memiliki imbalan atau suatu timbal balik yang saling menguntungkan, sehingga seringkali konsep ikhlas jika diterapkan, maka orang yang menerapkannya sering dianggap orang yang bodoh karena selalu ikhlas tanpa pamrih dalam membantu orang, bahkan terkadang orang yang selalu ikhlas menjadi sasaran empuk untuk di manfaatkan jika dalam dunia kerja, sehingga konsep ikhlas ini harus terus digaungkan agar semua orang mengerti hakekat ihklas itu apa dan memiliki segudang manfaat bagi diri sendiri dalam mengabdikan diri dihadapan Allah Swt. 


Refleksi hasil konstektualisasi dalam pembelajaran bermakna adalah, jika ilmu ikhlas ini sudah dikuasai oleh seorang pendidik, tentunya akan memili efek yang sangat baik dalam pembelajaran, dimana saat menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa seorang pendidik akan lebih santun dan sabar, karena dalam dirinya sudah tertanam bahwa mendidik adalah tugasnya ketika ikhlas dalam menyampaikan materi akan membuat siswa cerdas dan pintar adalah Allah Swt. bukan karena dirinya, dengan konsep seperti ini proses pembelajaran akan lebih baik dan lebih berkah dalam konsep yang telah diuraikan diatas. Karena faktor keikhlasan guru akan mencipkatan generasi yang ikhlas juga karena faktor eksternal dari siswa yaitu contoh dari seorang guru akan sangat berpengaruh terhadap akhlak siswa tentang ilmu ikhlas.

Tidak ada komentar:

PTK PRASIKLUS

    UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE MAKE A MATCH MATERI INDAHNYA SALING MENGHARGAI DALAM KERAGAMAN PADA SISWA K...