PENDALAMAN MATERI
(Lembar Kerja Resume Modul)
Nama : ABDUL HENDI, S.Pd.I
Kelas : A K1 20241
Modul : Perkembangan peserta Didik
Tugas : Resume Modul
Dosen Pengampuh : Prof. Dr. Saipul Annur,M.Pd.
NO | BUTIR REFLEKSI | RESPON/ JAWABAN |
| | A. Pengertian Perkembangan Emosi, Sosial, dan Spiritual Siswa Individu memiliki emosi. dapat mencakup "perasaan kuat", perasaan baik atau buruk, atau perasaan senang atau tidak senang (World Book, 2015: 690). Perasaan seperti cinta, bahagia, sedih, takut, marah, dan benci, misalnya. menggambarkan perasaan. 1. Emosi memiliki dua efek perkembangan anak. Pertama, mereka membantu anak berkomunikasi dan menyatakan perasaan dan kebutuhannya ke orang lain. . Sebagai contoh, ketika seorang anak menangis untuk menunjukkan ketidaknyamanannya, orang-orang di sekitarnya akan menganggapnya cengeng (Darmiah, 2020). menunjukkan bagaimana perilaku emosi anak memengaruhi persepsinya tentang lingkungannya. 2. Perkembangan sosial = ketika seseorang belajar berperilaku dengan cara tuntutan sosial. Selain itu, dapat didefsikan sebagai proses berkumpul, berkomunikasi, dan bekerja sama sambil menyesuaikan diri dengan aturan, etika, dan kebiasaan kelompok. Akibatnya, perkembangan sosial berpusat hubungan antara siswa dan individu lainnya. 3. Spritualitas adalah aspek memungkinkan pemahaman lebih baik tentang perasaan, sikap, dan lubuk hati seseorang. Keyakinan bahwa setiap orang adalah bagian penting dari diri mereka sendiri adalah defsi spiritualitas. Semangat, roh, jiwa, keteguhan hati, dan keyakinan adalah komponen spiritual. B. Karakteristik Perkembangan Emosi, Sosial, dan Spiritual Lewis dan Rosenblam membahas mekanisme emosi atau proses terjadinya emosi dalam lima Langkah: (1) penggerak, adalah keadaan atau peristiwa mendorong emosi; (2) penerima, adalah tindakan terjadi di dalam sistem syaraf; (3) keadaan, adalah perubahan fisiologis tertentu; dan (4) ekspresi, adalah perubahan area diamati, seperti wajah, tubuh, suara, atau tindakan, disebabkan oleh perubahan fisiologis. Syamsuddin (2000) menjelaskan mekanisme emosi. Tiga variabel bagian emosi (elicitors, receptors, state, expression, and experience). pertama adalah variabel stimulus, kedua adalah variabel organik, merupakan perubahan fisiologis terjadi saat mengalami emosi; dan terakhir adalah variabel respons, atau cara seseorang bertindak terhadap peristiwa emosional. Fase kepercayaan dan fase kepercayaan (usia 0-1 tahun): Membangun rasa percaya diri ke orang lain adalah Langkah pertama, membutuhkan pelukan dan perhatian. Autonomy versus Malu: anak dari dua hingga tiga tahun. adalah periode dikenal sebagai "nakalnya", atau pemberontakan anak. Namun, kenakalannya tidak dapat dihindari begitu saja karena anak sedang berkembang secara mental dan motorik. Akibatnya, sangat penting untuk mendukung dan memungkinkan pertumbuhan mental dan motorik anak. Orang-orang dekat dengan anak, seperti orang tua dan guru, berpengaruh mereka. 2-3 tahun: Masa pemberontakan dan "nakalnya" anak. Namun, kenakalannya tidak dapat dicegah begitu saja karena saat anak sedang mengembangkan keterampilan motorik dan mentalnya. Oleh karena itu, diperlukan adalah mendorong dan memberikan ruang untuk perkembangan motorik dan mental anak. Fase Ive vs. Guilt (4-5 tahun): Karena mereka banyak bertanya, mereka tampak cerewet. Mereka juga berani mencoba hal-hal tampaknya tidak mungkin. Antara Indusstry dan Inferiority: Anak berusia enam hingga sebelas tahun sudah dapat menyelesaikan tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar. Tetapi mereka seringkali tidak berhati-hati dan membutuhkan perhatian. siatif Indusstry vs. Inferiority berlaku untuk anak berusia enam hingga sebelas tahun, sudah memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar. Namun, mereka masih sering kurang hati-hati dan membutuhkan perhatian. 12–18/20: Identitas ego versus peran dalam fusi Langkah , manusia ingin menemukan identitas mereka sendiri. Anak muda mulai menunjukkan keinginan untuk memegang peran sosial di masyarakat. Dia masih belum dapat mengatur dan memisahkan pekerjaan di berbagai posisi. 18/19–30 Intimacy vs. Isolation: Langkah , orang sudah siap menjalani hubungan intim dengan orang lain dan membangun bahtera rumah tangga bersama orang mereka pilih. 31–60 Generation vs. Stagnation: Langkah , kepedulian tulus terhadap sesama muncul. Saat seseorang mencapai usia dewasa di atas enam puluh tahun, mereka mulai mengembangkan integritas diri mereka, dimulai usia enam puluh tahun. James Fowler (Desmita, 2010). Teori keyakinan didasarkan teori perkembangan psikososial Erikson. Teori mencakup 7 Langkah perkembangan agama dalam kehidupan, a. Langkah awal kepercayaan 1 hingga 2 tahun , Langkahan kepercayaan terjadi, ditandai dengan rasa percaya dan setia anak pengasuhnya. b. Langkah projeksi-intuisi usia 2 hingga 7 tahun. Keyakinan anK titik adalah imitasi karena keyakinan mereka berasal dari hasil pengajar dan contoh dari orang dewasa. c. Keyakinan mitos-nyata Langkah dimulai usia 7 hingga 11 tahun. Langkah , anak secara sistematis mulai memahami tradisi masyarakatnya, sesuai dengan Langkah kognitifnya. d. Langkah kepercayaan konvensional sintetis: Langkah terjadi antara 12 taun akhir masa remaja, atau awal masa dewasa. saat , kepercayaan remaja ditandai dengan kesadaran terhadap simbolisme dan berbagai cara untuk mengetahui kebenaran. Kesadaran kritis remaja berada di Langkah operasional formal, tetapi sistem kepercayaan remaja mencerminkan pola kepercayaan masyarakat umumnya. e. Kyakinan individuatif-reflective terjadi setelah 19 tahun atau awal masa dewasa. titik , kepercayaan dan tanggung jawab individu terhadap kepercayaan tersebut mulai terintegrasi. Kepercayaan seseorang sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi mereka saat . Langkah , individu 1 perspektif berbeda menghilangkan asumsi sistem nilai sebelumnya 2 meninggalkan kepercayaan otoritas eksternal dengan "ego eksekutif", bertanggung jawab komitmen dan prioritas f. Langkah kepercayaan bersama Langkahan berlangsung dari usia tiga puluh tahun hingga dewasa akhir. g. Langkah menguniversalkan iman adalah Langkah berkembang seiring bertambahnya usia: munculnya kepercayaan transendental untuk mencapai perasaan ketuhanan, adanya desentrasasi diri, dan kesendirian. Secara umum, kejadian konflik tidak dianggap paradoks. saat , individu mulai mengejar kebenaran universal. Selama proses pencarian kebenaran , seseorang akan menerima berbagai titik pandang dan berusaha menyesuaikan pendapatnya untuk masuk ke dalam jangkauan paling umum. C. Faktor Perkembangan Emosi, Sosial, dan Spiritual Siswa 1. Faktor-faktor Menentukan Perkembangan Emosi 1) Belajar coba-coba, dikenal sebagai belajar coba-coba, adalah proses di mana anak mencoba untuk menunjukkan emosi mereka dengan paling memuaskan dan menolak perilaku tidak pemuasan sama sekali. . 5) Bagaimana reaksi terjadi terbatas pelatihan, atau pendidikan di bawah bimbingan dan pengawasan. Pelatihan membantu anak menghindari menanggapi rangsangan secara emosional, biasanya menghasilkan emosi tidak menyenangkan. Pengendalian lingkungan diperlukan untuk mencapai hal . b. Anak mengalami berbagai macam konflik selama perkembangan mereka. Jika ia tidak dapat menerimanya, akan mempengaruhi perkembangan emosinya. Perubahan dalam perkembangan emosi anak disebabkan oleh faktor-faktor berikut: (1) peningkatan kesadaran kognitif, memungkinkan anak untuk memahami lingkungannya dengan cara berbeda dari sebelumnya; (2) peningkatan kekuatan fantasi dan imajinasi anak; dan (3) perkembangan wawasan sosial anak. 2. Faktor-faktor Mempengaruhi Perkembangan Sosial: Banyak faktor mempengaruhi perkembangan sosial siswa, seperti perkembangan emosi (Mayar 2013; Tirtayani and Asril 2014). Usia adalah salah satu faktor individu mempengaruhi perkembangan sosial seorang siswa (Mayar 2013). Kemampuan fisik dan mental penting untuk berinteraksi dengan orang lain. b. Rumah adalah lingkungan pertama mempengaruhi perkembangan sosialnya. Keluarga lebih banyak menentukan proses pendidikan bertujuan untuk membangun kepribadian anak. Keluarga menetapkan pola pergaulan dan mengarahkan standar sosial. Anak harus belajar menyesuaikan diri dengan orang lain untuk mencapai kematangan sosial. memperoleh kemampuan melalui pengalaman atau kesempatan bergaul dengan orang-di lingkungannya, seperti orang tua, saudara, teman sebaya, dan orang dewasa C. Faktor Pengaruh Pengalaman Sosial Anak: sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah. Anak belajar melalui interaksi sosial orang dewasa dan teman sebaya. Mengamati, meniru, dan melakukan adalah beberapa cara anak belajar. 3. Faktor Mempengaruhi Perkembangan Moral fisik, psikologis, sosial, dan budaya objek, baik ada di rumah, sekolah, maupun di masyarakat. Siswa akan mulai melihat dan memasukkan nilai-nilai ada di lingkungan mereka, termasuk dari guru mereka. Figur guru sangat penting bagi siswa sebagai teladan. a. Keluarga seseorang adalah lingkungan pertama mempengaruhi perkembangan moral mereka. Ajaran orang tua biasanya membentuk tingkah laku seseorang. Jika seseorang tidak memiliki hubungan baik dengan orang tuanya ketika mereka masih kecil, kemungkinan besar mereka tidak akan mampu membangun superegonya, akan menyebabkan mereka menjadi orang sering melakukan hal-hal tidak sesuai dengan kebiasaan. b. Suasana di sekolah.belajar di sekolah tentang standar yang berlaku di masyarakat sehingga mereka dapat mengambil tindakan baik dan boleh dilakukan dengan bantuan guru mereka. c. Suasana sosial Gaya hidup seseorang juga dipengaruhi oleh pergaulan mereka. masa remaja, mencoba hal baru merasa tidak enak apabila menolak ajakan teman. Teman-teman mereka bahkan bisa menjadi inspirasi baginya. d. Lingkungan sosial. masyarakat memiliki kontrol masyarakat memiliki pengaruh terhadap pembentukan moral. e. Pengaruh sifat atau keturunan Totalitas karakteristik diwariskan dari orang tua ke anaknya. f. Tingkat penalaran seseorang menurut Langkah perkembangan Piaget, semakin tinggi moralnya. g. Teknologi: Kemajuan teknologi memiliki efek signifikan terhadap moralitas dan kepercayaan. Sebagai generasi milenial, siswa memakai teknologi untuk belajar dan hiburan serta untuk memuaskan rasa tahunya terhadap hal-hal baik dan buruk.
D. Implikasi Perkembangan Emosi, Sosial, dan Spiritual Siswa dalam Pembelajaran: Setiap siswa memiliki emosi berbeda, sehingga strategi harus digunakan untuk menangani perkembangan emosi mereka: 1. Guru dan Ortu harus lebih dekat dengan siswa mereka dari menjaga jarak. Sebaliknya, orang tua atau guru harus mampu menjadi lebih dekat dengan lingkungan anak, bahkan menyatu dengannya. memastikan gerakan, dinamika, dan berbagai ekspresi anak dalam jangkauan dan wilayah guru atau orang tua.> 2. Karakteristik emosi dan perilaku sosial anak, serta penampilan fisik, mental, dan psikologis anak dikenal oleh guru atau orang tua.,siswa jarang mengekspresikan emosi mereka karena mereka terbiasa mengekspresikan emosi mereka dengan menggunakan simbol-simbol ada di ponsel pintar mereka. 3. Guru dan Ortu harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk merekam, mencatat, dan memperkirakan tindakan akan dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu, sangat disarankan agar setiap orang melihat, terutama guru, selalu membawa kertas kecil dan alat tulis di sakunya saat mereka diminta untuk mencatat ekspresi sosial dan emosi siswa. |
2 | Daftar materi KB sulit dipahami | Daftar materi KB sulit dipahami Langkahan perkembangan menurut Erik Erikson adalah : 1. 0 – 1 : Trust vs Mistrust 2. 2 – 3 : Autonomy vs Shame 3. 4 – 5 : siative vs Guilt 4. 6 – 11 : industry vs inferiority 5. 12- 18/20 : Ego identity vs role onfusin 6. 18/19-30 : intimacy vs isolation 7. 31 – 60 : Generation vs stagnation 8. > 60 : ego integrity vs putus asa |
3 | Daftar materi sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran | Daftar materi sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran Faktor Mempengaruhi Perkembangan Spiritual : - Lingkungan keluarga - Lingkungan sekolah. - Lingkungan pergaulan. - Lingkungan masyarakat. - Faktor genetis atau pengaruh sifat-sifat bawaan (hereditas). |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar