Guru Profesional
My Name Is Abdul Hendi

Selasa, 13 Agustus 2024

PBL/PJBL Pengembangan Profesi Guru

 


KEMENTERIAN AGAMA RI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2024


PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

LPTK UIN RADEN FATAH PALEMBANG TAHUN 2024

 

Nama                          : Abdul Hendi,S.Pd.I

Mapel/Kelas                : AK1 20241

Modul                          : Profesi Pengembangan

Guru Dosen                 : Prof. Dr. H. Ahmad Zainuri. M. Pd.I            

Judul Masalah             : Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam untuk Membentuk Siswa

  Berakhlak Mulia di SD Negeri 6 Penukal  dalam Memasuki Era Digitalisasi

 

 

No

Komponen

Deskripsi

1.

Identifikasi Masalah (berbasis masalah yang ditemukan di lapangan)

            Profesionalisme guru adalah sebuah sikap yang harus dimiliki oleh seseorang guru dalam menciptakan siswa berakhlak mulia dengan berbagai cara dalam pembiasaan prilaku yang baik dan nyata dalam kehidupan sehari-hari Guru adalah ujung tombak kegiatan pengajaran di sekolah tanpa guru yang profesional maka kegiatan proses belajar mengajar tidak akan berjalan sebagaimana mestinya dan seseorang guru seharusnya memiliki pemahaman – pemahaman yang dalam tentang pengajaran dan pembelajaran. mengajar bukanlah kegiatan yang muda tetapi kegiatan dan tugas yang sangat berat dan penuh dengan permasalahan dan guru herus bertanggung jawab terhadap penddikan siswa.           

            Pembentukan akhlak mulia adalah proses yang kompleks dan memerlukan pendekatan yang menyeluruh, baik dari aspek individu, keluarga, sekolah, masyarakat, hingga kebijakan pemerintah. Berikut adalah beberapa masalah utama yang sering dihadapi dalam pembentukan akhlak mulia:

1.      Pengaruh Lingkungan yang Negatif: Lingkungan yang tidak kondusif, seperti lingkungan pergaulan yang buruk, media sosial yang penuh dengan konten negatif, dan masyarakat yang kurang peduli terhadap nilai-nilai moral, dapat menghambat pembentukan akhlak mulia.

2.      Kurangnya Teladan Positif: Anak-anak dan remaja memerlukan teladan yang baik dari orang dewasa di sekitarnya, seperti orang tua, guru, dan tokoh masyarakat. Kurangnya figur teladan yang menunjukkan perilaku akhlak mulia dapat menyebabkan kesulitan dalam menginternalisasi nilai-nilai moral yang baik.

3.      Pendidikan Moral yang Kurang Optimal: Kurikulum pendidikan yang kurang menekankan pada aspek moral dan karakter, serta metode pengajaran yang tidak efektif dalam menanamkan nilai-nilai akhlak mulia, dapat menjadi hambatan dalam pembentukan akhlak yang baik pada generasi muda.

4.      Kurangnya Komunikasi dan Interaksi dalam Keluarga: Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan karakter. Namun, kesibukan orang tua dan kurangnya waktu untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak-anak dapat mengurangi kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai akhlak yang baik.

5.      Krisis Identitas dan Pengaruh Budaya Asing: Globalisasi dan pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai lokal dapat menyebabkan krisis identitas pada generasi muda, sehingga mereka bingung dalam menentukan mana yang benar dan mana yang salah.

6.      Faktor Ekonomi dan Sosial: Kemiskinan, ketidaksetaraan sosial, dan masalah ekonomi lainnya dapat mempengaruhi pembentukan akhlak mulia. Tekanan ekonomi bisa memaksa seseorang untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral demi memenuhi kebutuhan hidup.

7.      Minimnya Pengawasan dan Penegakan Hukum: Ketidakadilan dan lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran moral dan etika bisa memberikan contoh buruk dan merusak upaya pembentukan akhlak mulia dalam masyarakat.

        

Era digitalisasi membawa perubahan besar dan cepat dalam kehidupan manusia. Dengan memahami dan memanfaatkan teknologi digital dengan bijak, kita dapat memaksimalkan manfaatnya dan mengatasi tantangan yang muncul.

Perilaku  moral pada  anak  saat  ini  telah menjadi  salah  satu masalah  yang cukup penting sehingga memerlukan perhatian dan harus dilakukan pengawasan terhadap berbagai aktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berkembangnya tekhnologi dan media elektronik saat ini mampu menjadikan masalah pada anak menjadi sangat kompleks seperti, pergaulan  bebas, narkoba, pornografi serta masalah sosial yang sangat mengkhawatirkan. Tindak kriminal  yang terjadi pada akhirnya melibatkan peran anak saat ini tidak terlepas dari permasalahan sosial sebagai akibat adanya kebebasan  dalam  pola  perilaku serta  dekadensi  masalah moral didalam  masyarakat  kita.  Untuk  itu  peran  pendidikan  moral  sangat  dibutuhkan  sebagai pengontrol diri terhadap segala perubahan yang mungkin bisa terjadi. Pendidikan moral tidak hanya merupakan  teori semata melainkan  adanya kesadaran  dari  diri sendiri  untuk  mampu membentuk kepribadian, perilaku dan akhlak pada diri kita. Pendidikan moral mampu untuk bisa menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dengan berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila. Perilaku moral sejatinya adalah perilaku yang sesuaikan dengan norma  serta aturan yang berlaku didalam masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan serta rasa tanggung jawab yang tinggi. Bagi bangsa Indonesia, ideologi Pancasila menjadi acuan dalam membina warga negara yang baik, bermartabat dan bertanggungjawab. (Dewantara et al., 2019). Moralitas” (dari kata sifat Latin moralis) memiliki  Penurunan nilai moral yang ada saat ini berpengaruh pada generasi muda  yang tidak terkecuali terjadi pada anak, hal ini tercermin didalam  kehidupan  masyarakat  pada  era  ini,  karena  perbaikan  moral  tidak  hanya  bisa didapatkan di sekolah formal atau melalui teori saja, tetapi juga membutuhkan contoh realita yang terjadi dalam masyarakat.

       Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis pada awal pembelajaran terhadap “Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam untuk Membentuk Siswa Berakhlak Mulia di SD Negeri 6 Penukal  dalam Memasuki Era Digitalisasi maka dapat di identifikasikan beberapa masalah dilapangan sebagai berikut:

1.      Membudayanya ketidakjujuran dan rasa tidak hormat anak kepada orang tua dan guru

2.      Maraknya Bullying

3.      Maraknya anak bermain Game Online

4.      Menurunnya semangat belajar dan disiplin

5.      Menurunnya tanggung jawab guru

2.

Penyebab Masalah

(dianalisis apa yang menjadi akar masalah yang menjadi pilihan masalah)

 

 

Berdasarkan identifikasi masalah dan untuk menjawab rumusan masalah di atas. bahwa yang menjadi penyebab Profesionalisme Guru PAI adalah:

1.      Minimnya peningkatan SDM dalam diri pendidik dan kurangnya literasi teknologi

2.      Minimnya keteladanan moral seorang guru

3.      Faktor Lingkungan

4.      Arus informasi dan teknologi

Adapun yang menjadi akar permasalahan terkait masalah Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam untuk Membentuk Siswa  Berakhlak Mulia di SD Negeri 6 Penukal  dalam Memasuki Era Digitalisasi adalah : Karena faktor Digitalisasi Era moderen sekarang ini terus-terusan memperlihatkan adegan yang membahayakan Moral siswa.

3.

Solusi melalui konsep literasi, numerasi, strategi, asesmen dan lain-lain

a.      Dikaitkan dengan teori/dalil yang relevan

b.      Sesuaikan dengan langkah/prosedur yang sesuai dengan masalah yang akan dipecahkan

 

 

 

 

 

A.     Teori / Dalil Yang Relevan

Dalam era revolusi industri ini memiliki pengaruh terhadap dunia pendidikan. Banyak perubahan sikap yang dialami siswa dengan notabene adalah generasi milenial yang sudah tidak asing lagi dengan dunia digital dan mereka telah terbiasa dengan arus informasi dan teknologi industri 4.0. Sikap-sikap yang muncul antara lain kecanduan gadget, cyber bullying, atau bahkan turunnya moral atau akhlak. Sehingga sudah sepatutnya guru agama islam memikirkan upaya yang tepat dalam menghadapi perubahan-perubahan perilaku siswa era 4.0 ini. Apabila keadaan ini tidak segera ditangani dengan serius maka akan berdampak pada hancurnya sikap, moral, dan akhlak siswa. Tak jarang kita menemukan masalah tersebut dalam dunia pendidikan. Kita juga mendengar dan menyaksikan betapa para pemuda, pelajar dan mahasiswa yang diharapkan menjadi tulang punggung bangsa telah terlibat dengan VCD porno, narkoba, perjudian, tawuran.

Menghadapi fenomena tersebut, tuduhan sering kali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Hal ini bisa dimengerti karna pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya yang berkualitas dan berakhlak mulia. Itulah sebabnya belakangan ini banyak seminar yang digelar kalangan pendidikan yang bertekat mencari solusi untuk mengatasi kemerosotan akhlak terutama akhlak para pelajar.

 

 

B.      Langkah-langkah/ Prosedur Pemecahan Masalah (Problem Based Learning)

Di dalam Al-Qur’an Allah mengungkapkan bahwa keteladanan ada pada diri Rasulullah. Sebagaimana bunyi surat Al-Ahzab ayat 21:

لقد كان لكم فى رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الاخر وذكر الله كثيرا 

 Artinya: “Sungguh ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik.“(Q.S. Al-Ahzab. 21).

 

Memberikan pemahaman kepada siswa bahwa suri tauladan yang baik itu dapat kita contoh pada Rasulullah

 

 

 

C.      Melalui Asesmen sebagai berikut :

           Tugas seorang guru Agama Islam adalah melakukan asesmen dan diagnostik. Asesmen disini dapat diartikan adalah penilaian. Seorang guru BK memberikan penilaian terhadap siswa yang mulai dirasa memiliki gangguan candu gadget, cyber bullying, atau bahkan turunnya akhlak. Dan seorang guru Agama Islam melakukan diagnostik untuk menemukan cara menanganannya melalui analisisanalisis yang telah dilakukan pada proses asesmen. Seorang guru Agama Islam harus bisa mengenali siswanya secara mendalam dengan melakukan wawancara atau interaksi dengan tanya jawab ringan. Mengamati tingkah laku setiap siswanya dengan memiliki catatan kegiatan siswa. Dengan begitu guru Agama Islam dapat menangani masalah yang timbul. Karena dalam pendidikan karakter di era revolusi industri 4.0 harus mencerminkan sikap keselarasan antara kejujuran, tanggung jawab, mandiri, moral, akhlak dan kecerdasan.

 

D.     Melalui Strategi

Untuk itu, marilah kita meningkatkan kinerja kita, agar bisa menjadi guru yang profesional, Berikut hal-hal yang dapat kita lakukan:

1.    Dalam hal Kepribadian & Sosial, kita harus bersikap :

a)      Kasih sayang kepada siswa dan memperlakukannya seperti anak sendiri

b)      Meneladani Nabi Saw

c)      Bersikap obyektif

d)      Bersikap luwes dan bijaksana dalam menghadapi siswa

2.    Dalam hal Pedagogik & Profesinal, kita harus bersikap :

a)      Menyajikan pelajaran sesuai dengan taraf kemampuan siswa

b)      Terhadap siswa kurang (Disabilitas), sebaiknya diberi ilmu-ilmu yang global dan tidak terlalu detail.

 

Seorang guru PAI yang profesional agar bisa mengatasi tantangan Era Digitalisasi diantaranya harus memperhatikan hal-hal berikut ini;

1)      Perhatian dan kerja sama dari pihak sekolah

2)      Melakukan pembiasaan yang baik terhadap siswa

3)      Memiliki Keahlian di bidangnya (6 Kompetensi Guru PAI), dengan didukung data pendukung.

4)      Memiliki komitmen dan tanggung jawab.

5)      Guru di sekolah harus bisa menjadi Uswatun Hasanah (contoh teladan yang baik)

6)      Memiliki keterampilan tambahan yang mendukung tugas pokoknya, bisa dalam segi Keilmuan, kesenian maupun Tehnologi.

 

Pemecahan masalah Solusi dan langkah-langkah  Untuk Mengatasi Masalah.

Mengatasi masalah akhlak siswa memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diimplementasikan penulis agar sesuai apa yang di harapkan:

1. Penguatan Peran Keluarga

  • Teladan Positif: Orang tua harus menjadi teladan dalam perilaku sehari-hari. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat, jadi penting bagi orang tua untuk menunjukkan akhlak yang baik.
  • Komunikasi yang Efektif: Meningkatkan komunikasi antara orang tua dan anak untuk membahas nilai-nilai moral dan etika.
  • Waktu Berkualitas: Menghabiskan waktu bersama anak untuk kegiatan yang bermanfaat dan mendidik.

2. Pendidikan Karakter di Sekolah

  • Integrasi dalam Kurikulum: Memasukkan pendidikan karakter dan nilai-nilai moral dalam kurikulum sekolah.
  • Pelatihan Guru: Melatih guru untuk menjadi model dan fasilitator dalam pendidikan karakter.
  • Aktivitas Ekstrakurikuler: Menyediakan kegiatan ekstrakurikuler yang menanamkan nilai-nilai positif seperti kerja sama, kepemimpinan, dan kepedulian sosial.

3. Pembentukan Lingkungan yang Mendukung

  • Lingkungan Sekolah yang Positif: Menciptakan budaya sekolah yang mendukung nilai-nilai akhlak mulia melalui aturan yang jelas dan konsisten.
  • Pengawasan dan Bimbingan: Memberikan pengawasan yang baik dan bimbingan konseling bagi siswa yang membutuhkan.

4. Peran Masyarakat dan Media

  • Komunitas Positif: Membangun komunitas yang mendukung dan mempromosikan nilai-nilai moral.
  • Media yang Edukatif: Mendorong media untuk menampilkan konten yang mendidik dan positif.

5. Penguatan Aspek Religius

  • Pendidikan Agama: Menguatkan pendidikan agama yang mengajarkan nilai-nilai akhlak mulia.
  • Kegiatan Keagamaan: Mengadakan kegiatan keagamaan yang dapat meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai moral.

6. Kebijakan dan Dukungan Pemerintah

  • Kebijakan Pendidikan: Pemerintah perlu membuat kebijakan yang mendukung pendidikan karakter dan akhlak mulia.
  • Program Sosial: Meningkatkan program sosial yang membantu mengatasi masalah ekonomi dan sosial yang dapat mempengaruhi akhlak siswa.

7. Penggunaan Teknologi yang Bijak

  • Pengawasan Konten: Mengawasi dan mengontrol konten yang diakses oleh siswa melalui internet dan media sosial.
  • Pendidikan Digital: Mengajarkan siswa tentang penggunaan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab.

8. Kerjasama dengan Lembaga Lain

  • Kolaborasi dengan LSM: Bekerjasama dengan LSM yang fokus pada pendidikan karakter dan pengembangan moral.
  • Program Pengembangan Diri: Mengadakan program pengembangan diri yang menekankan pada pentingnya akhlak mulia.

       Dengan mengimplementasikan solusi-solusi ini secara terpadu, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah akhlak siswa dan membentuk generasi yang berkarakter dan berakhlak mulia.

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

PTK PRASIKLUS

    UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE MAKE A MATCH MATERI INDAHNYA SALING MENGHARGAI DALAM KERAGAMAN PADA SISWA K...