KEMENTERIAN AGAMA RI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN
PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2024
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
LPTK
UIN RADEN FATAH PALEMBANG TAHUN 2024
Nama : Abdul Hendi,S.Pd.I
Mapel/Kelas : AK1 20241
Modul : Profesi Pengembangan
Guru Dosen : Prof. Dr. H. Ahmad Zainuri.
M. Pd.I
Judul Masalah : Profesionalisme Guru
Pendidikan Agama Islam untuk Membentuk Siswa
Berakhlak Mulia di SD Negeri 6 Penukal dalam Memasuki Era Digitalisasi
No |
Komponen |
Deskripsi |
1. |
Identifikasi
Masalah (berbasis masalah yang ditemukan di lapangan) |
Profesionalisme guru adalah
sebuah sikap yang harus dimiliki oleh seseorang guru dalam menciptakan siswa
berakhlak mulia dengan berbagai cara dalam pembiasaan prilaku yang baik dan
nyata dalam kehidupan sehari-hari Guru adalah ujung tombak kegiatan
pengajaran di sekolah tanpa guru yang profesional maka kegiatan proses
belajar mengajar tidak akan berjalan sebagaimana mestinya dan seseorang guru
seharusnya memiliki pemahaman – pemahaman yang dalam tentang pengajaran dan
pembelajaran. mengajar bukanlah kegiatan yang muda tetapi kegiatan dan tugas
yang sangat berat dan penuh dengan permasalahan dan guru herus bertanggung
jawab terhadap penddikan siswa. Pembentukan akhlak mulia adalah
proses yang kompleks dan memerlukan pendekatan yang menyeluruh, baik dari aspek
individu, keluarga, sekolah, masyarakat, hingga kebijakan pemerintah. Berikut
adalah beberapa masalah utama yang sering dihadapi dalam pembentukan akhlak
mulia: 1.
Pengaruh Lingkungan yang Negatif: Lingkungan yang tidak kondusif, seperti lingkungan pergaulan
yang buruk, media sosial yang penuh dengan konten negatif, dan masyarakat
yang kurang peduli terhadap nilai-nilai moral, dapat menghambat pembentukan
akhlak mulia. 2.
Kurangnya Teladan Positif: Anak-anak dan remaja memerlukan teladan yang baik dari orang
dewasa di sekitarnya, seperti orang tua, guru, dan tokoh masyarakat.
Kurangnya figur teladan yang menunjukkan perilaku akhlak mulia dapat
menyebabkan kesulitan dalam menginternalisasi nilai-nilai moral yang baik. 3.
Pendidikan Moral yang Kurang Optimal: Kurikulum pendidikan yang kurang menekankan pada aspek moral
dan karakter, serta metode pengajaran yang tidak efektif dalam menanamkan
nilai-nilai akhlak mulia, dapat menjadi hambatan dalam pembentukan akhlak
yang baik pada generasi muda. 4.
Kurangnya Komunikasi dan Interaksi
dalam Keluarga: Keluarga adalah lingkungan pertama
dan utama dalam pembentukan karakter. Namun, kesibukan orang tua dan
kurangnya waktu untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak-anak dapat
mengurangi kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai akhlak yang baik. 5.
Krisis Identitas dan Pengaruh Budaya
Asing: Globalisasi dan pengaruh budaya asing yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai lokal dapat menyebabkan krisis identitas pada
generasi muda, sehingga mereka bingung dalam menentukan mana yang benar dan
mana yang salah. 6.
Faktor Ekonomi dan Sosial: Kemiskinan, ketidaksetaraan sosial, dan masalah ekonomi
lainnya dapat mempengaruhi pembentukan akhlak mulia. Tekanan ekonomi bisa
memaksa seseorang untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
moral demi memenuhi kebutuhan hidup. 7.
Minimnya Pengawasan dan Penegakan
Hukum: Ketidakadilan dan lemahnya penegakan hukum
terhadap pelanggaran moral dan etika bisa memberikan contoh buruk dan merusak
upaya pembentukan akhlak mulia dalam masyarakat. Era
digitalisasi membawa perubahan besar dan cepat dalam kehidupan manusia.
Dengan memahami dan memanfaatkan teknologi digital dengan bijak, kita dapat
memaksimalkan manfaatnya dan mengatasi tantangan yang muncul. Perilaku moral pada anak
saat ini telah menjadi salah
satu masalah yang cukup penting
sehingga memerlukan perhatian dan harus dilakukan pengawasan terhadap
berbagai aktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berkembangnya tekhnologi
dan media elektronik saat ini mampu menjadikan masalah pada anak menjadi
sangat kompleks seperti, pergaulan bebas,
narkoba, pornografi serta masalah sosial yang sangat mengkhawatirkan. Tindak
kriminal yang terjadi pada akhirnya
melibatkan peran anak saat ini tidak terlepas dari permasalahan sosial
sebagai akibat adanya kebebasan
dalam pola perilaku serta dekadensi
masalah moral didalam
masyarakat kita. Untuk
itu peran pendidikan
moral sangat dibutuhkan
sebagai pengontrol diri terhadap segala perubahan yang mungkin bisa terjadi.
Pendidikan moral tidak hanya merupakan
teori semata melainkan adanya
kesadaran dari diri sendiri untuk
mampu membentuk kepribadian, perilaku dan akhlak pada diri kita.
Pendidikan moral mampu untuk bisa menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari dengan berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung didalam
Pancasila. Perilaku moral sejatinya adalah perilaku yang sesuaikan dengan
norma serta aturan yang berlaku
didalam masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan serta
rasa tanggung jawab yang tinggi. Bagi bangsa Indonesia, ideologi Pancasila
menjadi acuan dalam membina warga negara yang baik, bermartabat dan bertanggungjawab.
(Dewantara et al., 2019). Moralitas” (dari kata sifat Latin moralis) memiliki
Penurunan nilai moral yang ada saat
ini berpengaruh pada generasi muda
yang tidak terkecuali terjadi pada anak, hal ini tercermin
didalam kehidupan masyarakat
pada era ini,
karena perbaikan moral
tidak hanya bisa didapatkan di sekolah formal atau
melalui teori saja, tetapi juga membutuhkan contoh realita yang terjadi dalam
masyarakat. Berdasarkan observasi yang dilakukan
penulis pada awal pembelajaran terhadap “Profesionalisme
Guru Pendidikan Agama Islam untuk Membentuk Siswa Berakhlak Mulia di SD Negeri 6
Penukal dalam Memasuki Era
Digitalisasi maka dapat di identifikasikan beberapa
masalah dilapangan sebagai berikut: 1. Membudayanya ketidakjujuran dan rasa tidak
hormat anak kepada orang tua dan guru 2. Maraknya Bullying 3. Maraknya anak bermain Game Online 4. Menurunnya semangat belajar dan disiplin 5. Menurunnya tanggung jawab guru |
2. |
Penyebab
Masalah (dianalisis apa
yang menjadi akar masalah yang menjadi pilihan masalah) |
Berdasarkan identifikasi masalah dan
untuk menjawab rumusan masalah di atas. bahwa yang menjadi penyebab Profesionalisme
Guru PAI adalah: 1.
Minimnya
peningkatan SDM dalam diri pendidik dan kurangnya literasi teknologi 2. Minimnya keteladanan moral seorang guru 3.
Faktor Lingkungan 4.
Arus informasi dan teknologi Adapun yang menjadi akar permasalahan
terkait masalah Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam untuk
Membentuk Siswa Berakhlak Mulia di SD Negeri 6 Penukal dalam Memasuki Era Digitalisasi adalah : Karena faktor
Digitalisasi Era moderen sekarang ini terus-terusan memperlihatkan adegan
yang membahayakan Moral siswa. |
3. |
Solusi
melalui konsep literasi, numerasi, strategi, asesmen dan lain-lain a. Dikaitkan dengan teori/dalil yang
relevan b. Sesuaikan dengan langkah/prosedur yang
sesuai dengan masalah yang akan dipecahkan |
A. Teori / Dalil Yang
Relevan Dalam era revolusi industri ini
memiliki pengaruh terhadap dunia pendidikan. Banyak perubahan sikap yang
dialami siswa dengan notabene adalah generasi milenial yang sudah tidak asing
lagi dengan dunia digital dan mereka telah terbiasa dengan arus informasi dan
teknologi industri 4.0. Sikap-sikap yang muncul antara lain kecanduan gadget,
cyber bullying, atau bahkan turunnya moral atau akhlak. Sehingga sudah
sepatutnya guru agama islam memikirkan upaya yang tepat dalam menghadapi
perubahan-perubahan perilaku siswa era 4.0 ini. Apabila keadaan ini tidak
segera ditangani dengan serius maka akan berdampak pada hancurnya sikap,
moral, dan akhlak siswa. Tak jarang kita menemukan masalah tersebut dalam
dunia pendidikan. Kita juga mendengar dan menyaksikan
betapa para pemuda, pelajar dan mahasiswa yang diharapkan menjadi tulang
punggung bangsa telah terlibat dengan VCD porno, narkoba, perjudian, tawuran. Menghadapi fenomena tersebut, tuduhan sering kali diarahkan
kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Hal ini bisa dimengerti karna
pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya yang
berkualitas dan berakhlak mulia. Itulah sebabnya belakangan ini banyak
seminar yang digelar kalangan pendidikan yang bertekat mencari solusi untuk
mengatasi kemerosotan akhlak terutama akhlak para pelajar. B. Langkah-langkah/
Prosedur Pemecahan Masalah (Problem Based Learning) Di dalam Al-Qur’an Allah mengungkapkan bahwa keteladanan ada
pada diri Rasulullah. Sebagaimana bunyi surat Al-Ahzab ayat 21: لقد كان لكم فى رسول الله أسوة حسنة لمن كان
يرجو الله واليوم الاخر وذكر الله كثيرا Artinya: “Sungguh ada pada diri
Rasulullah suri tauladan yang baik.“(Q.S. Al-Ahzab. 21). Memberikan
pemahaman kepada siswa bahwa suri tauladan yang baik itu dapat kita contoh
pada Rasulullah C. Melalui Asesmen sebagai berikut : Tugas seorang guru Agama Islam
adalah melakukan asesmen dan diagnostik. Asesmen disini dapat diartikan
adalah penilaian. Seorang guru BK memberikan penilaian terhadap siswa yang
mulai dirasa memiliki gangguan candu gadget, cyber bullying, atau bahkan
turunnya akhlak. Dan seorang guru Agama Islam melakukan diagnostik untuk
menemukan cara menanganannya melalui analisisanalisis yang telah dilakukan pada
proses asesmen. Seorang guru Agama Islam harus bisa mengenali siswanya secara
mendalam dengan melakukan wawancara atau interaksi dengan tanya jawab ringan.
Mengamati tingkah laku setiap siswanya dengan memiliki catatan kegiatan
siswa. Dengan begitu guru Agama Islam dapat menangani masalah yang timbul.
Karena dalam pendidikan karakter di era revolusi industri 4.0 harus
mencerminkan sikap keselarasan antara kejujuran, tanggung jawab, mandiri,
moral, akhlak dan kecerdasan. D. Melalui Strategi Untuk itu, marilah kita meningkatkan kinerja kita, agar bisa
menjadi guru yang profesional, Berikut hal-hal yang dapat kita lakukan: 1.
Dalam hal Kepribadian & Sosial, kita harus bersikap : a) Kasih sayang kepada siswa dan memperlakukannya
seperti anak sendiri b) Meneladani Nabi Saw c) Bersikap obyektif d) Bersikap luwes dan bijaksana dalam
menghadapi siswa 2.
Dalam hal Pedagogik & Profesinal, kita harus bersikap : a) Menyajikan pelajaran sesuai dengan taraf
kemampuan siswa b) Terhadap siswa kurang (Disabilitas),
sebaiknya diberi ilmu-ilmu yang global dan tidak terlalu detail. Seorang guru PAI yang profesional agar
bisa mengatasi tantangan Era Digitalisasi diantaranya harus memperhatikan
hal-hal berikut ini; 1) Perhatian dan kerja sama dari pihak sekolah 2) Melakukan pembiasaan yang baik terhadap
siswa 3) Memiliki Keahlian di bidangnya (6 Kompetensi
Guru PAI), dengan didukung data pendukung. 4) Memiliki komitmen dan tanggung jawab. 5) Guru di sekolah harus bisa menjadi Uswatun
Hasanah (contoh teladan yang baik) 6) Memiliki keterampilan tambahan yang mendukung
tugas pokoknya, bisa dalam segi Keilmuan, kesenian maupun Tehnologi. |
|
Pemecahan
masalah Solusi dan langkah-langkah
Untuk Mengatasi Masalah. |
Mengatasi
masalah akhlak siswa memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan
berkesinambungan. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diimplementasikan
penulis agar sesuai apa yang di harapkan: 1. Penguatan Peran Keluarga
2. Pendidikan Karakter di Sekolah
3. Pembentukan Lingkungan yang
Mendukung
4. Peran Masyarakat dan Media
5. Penguatan Aspek Religius
6. Kebijakan dan Dukungan Pemerintah
7. Penggunaan Teknologi yang Bijak
8. Kerjasama dengan Lembaga Lain
Dengan mengimplementasikan
solusi-solusi ini secara terpadu, diharapkan dapat membantu mengatasi masalah
akhlak siswa dan membentuk generasi yang berkarakter dan berakhlak mulia. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar