PENDALAMAN MATERI
(ANALISIS BAHAN AJAR )
Nama : ABDUL HENDI, S.Pd.I
Kelas : A K1 20241
Modul : Teori Belajar dan Pembelajaran
Tugas : Analisis Bahan ajar
Dosen Pengampuh : Prof. Dr. Abdurrahmansyah,MA.
Bahan Ajar: Materi dosen
1. Berikut tiga konsep yang dibahas dalam bahan ajar Materi Dosen Teori Belajar Humanistik Dan Aplikasinya Dalam Pendidikan Agama Islam.
A. PENGERTIAN DAN KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Terdapat beberapa ahli yang memberikan pengertian pendidikan Islam, yaitu: Menurut Abin Syamsuddin Makmun dalam Psikologi Kependidikan, Hal : 156 proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian interaksi antara siswa dengan guru dalam rangkaian mencapai tujuannya. Proses pembelajaran menurut difinisi di atas, menekankan adanya interaksi antara guru sebagai pebelajar dengan siswa sebagai pebelajar. Dengan kata lain bahwa pembelajaran dapat dimakna sebagai hubungan interaktif antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (learning objective). Sedangkan Menurut Abudin Nata, menegaskan bahwa pendidikan Islam adalah proses pembentukan individu berdasarkan ajaran Islam untuk mencapai derajat yang tinggi sehingga mampu melaksanakan fungsi kekhalîfahannya dan berhasil mewujudkan kebahagian dunia dan akhirat. Secara etimologi pendidikan agama islam di definisikan sebagai berikut
1. TA’LÎM yang didefinisikan oleh Muhammad Rasyid Ridla, sebagai ” suatu proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.”2 Muhammad Rasyid Ridla, 1373H: 262) Dalam al-Qur’an, terdapat beberapa ayat yang menerangkan kata ta’lîm dari akar kata ‘allama, seperti surat al-Baqarah ayat 31; “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar
2. TARBIYAH. Kata ini merujuk kata:1) rabbâ, yurabî, tarbiyyah yang berarti berkembang berdasarkan ayat al-Qur’an surat al-Rûm ayat 39. Dari akar kata ini, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai upaya menumbuhkembangkan potensi yang ada pada anak didik, 2) rabbâ yurbî tarbiyyah, yang berarti tumbuh (nasha-a) dan menjadi besar atau dewasa. Dari kata ini, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk menumbuhkan dan mendewasakan anak didik, dan 3) rabbâ yarubbû tarbiyyah yang berarti memperbaiki, merawat, memelihara, memperindah, memberi makan, mengasuh, tuan, memiliki, mengatur dan menjaga kelestariannya. Sehingga pendidikan Islam dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dalam merawat, memelihara, mengasuh mengatur peserta didik untuk mencapai kedewasaannya.
3. TA’DÎB, ta’dîb mencerminkan tujuan esensial pendidikan Islam, yaitu penanaman akhlak sebagai misi utama diutuskannya Rasulullah ke muka bumi. Ia menegaskan bahwa orang yang berpendidikan adalah orang yang berperadaban.
B. PENGERTIAN DAN KONSEP PARADIGMA PEMBELAJARAN HUMANISTIK
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengatahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.Teori humanistik muncul pada pertengahan abad 20 sebagai reaksi terhadap teori psikodinamik dan behavioristik Bagi penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar. Dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuiknya yang paling ideal James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik yaitu :
1. Keberadaan manusia tidak dapat direduksi kedalam komponen- komponen.
2. Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainya.
3. Manusia memilik kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain.
4. Manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan- pilihanya.
5. Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan Kreativitas.
teori belajar humanisme erat kaitannya dengan eksistensialisme, dimana cirinya adalah sebagai berikut: 1) keberadaan manusia terdapat dua macam diantaranya ada dalam diri dan berada untuk diri. 2. Kebebasan, dalam hal ini kebebasan memilih yang akan dipelajari, kebebasan mengembangkan potensi, dan kebebasan menciptakan sesuatu yang baru. 3) tiga, kesadaran, kesadaran membuat manusia mampu membayangkan kemungkinan yang akan terjadi dan apa yang bisa ia lakukan.
C. TOKOH-TOKOH TEORI HUMANISTIK
1. . Arthur Combs (1912-1999),
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah. Wasti Sumanto, 1998: 137)
2. Abraham Maslow
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Tingkatan kebutuhan seseorang menurut Maslow adalah sebagai berikut: 1) kebutuhan fisiologis, 2) Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan. Setiap individu mempunyai kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan. 3) Kebutuhan untuk diterima dan dicintai. 4) Kebutuhan akan penghargaan. 5) Kebutuhan akan aktualisasi diri. Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya.
3. Carl Ransom Rogers
Menurut Rogers, guru diharapkan untuk berperan hanya sebagai fasilitator yang baik. Adapun strategi yang mesti dilakukan oleh guru dalam menerapkan pembelajaran humanistik, sebagaimana dihimpun oleh R. Agung SP dan Latifatul Choir dalam makalahnya tentang teori humanisme, antara lain:
1) merumuskan tujuan belajar yang jelas;
2) mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur, dan positif;
3) mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri;
4) mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri;
5) siswa diberi keleluasaan mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan;
6) guru menerima keadaan masing-masing siswa apa adanya; dengan tidak memihak, memahami karakter pemikiran siswa, dan tidak menilai siswa secara normatif belaka melainkan dengan cara memberikan 2 pandangan dua sisi dalam hal moral dan etika berkomunikasi;
7) menawarkan kesempatan kepada siswa untuk maju (tampil); dan
8) evaluasi yang diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
D. PENERAPAN PEMBELAJARAN HUMANISTIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran berpradigma humatistik di atas, maka dapat dirumuskan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam sesuai dengan materi/sub materi PAI di sekolah dan madarasah, Berikut ini bagan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan paradigm pembelajaran Humanistik, sebagai berikut:
Matari /Sub Materi Pembelajaran | Materi Pembahasan |
Akidah | Menjelaskan aspek keimananan dalam sesuai dengan alam pikiran siswa |
| Menampilkan bukti- bukti rasional keberadaan Alah, keesaan Allah, dan sifat-sifat-Nya yang lain. Menjelaskan kehadiran Tuhan dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pemurah, Maha Pemaaf |
Al-Qur’an dan Hadith | Menampilkan dan mengutamakan ayat- ayat yang memberikan kabar gembira (bashiran). Ayat-ayat yang menjanjikan surge dan kehidupan yang baik dan bahagia di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang beriaman dan beramal baik. |
| Menampilkan dan mengdahulukan ayat- yang menjelaskan ketinggian derajat manusia khususnya orang beriman |
| Menampilkan dan mendahulukan ayat dan hadith yang mengajarkan asal kejadian manusia, kewajiban dan tanggun jawab manusia |
Fiqh | Menampilkan aturan dalam hukum Islam yang kontekstual dan tidak kaku (rigid) |
| Menampilkan hukum Islam yang menjamin keadilan sosial |
| Menampilkan hukum Islam yang menghormati keberagamaan/ perbedaan pendapat |
Akhlak/ Tasawwuf | Menampilan ajaran- ajaran Akhlak mulia seperti kedermawan, solidaritas sosial, Menghormati orang tua, guru, dan orang yang lebih tua |
| Menjelaskan pentingnya dan manfaat akhlak yang mulia dalam kehidupan bersama. |
| Menjelaskan ajaran akhlak yang mementingkan toleransi (tasamuh), |
| tawasuth (moderat) dan tawazun (seimbang). |
| Menampilkan ajaran tasawwuf yang bersanding dengan budaya, seni, dan local wisdom. |
| Menampilan ajaran- ajaran tasawwuf untuk bersyukur kepada Allah dan kewajiban seorang Muslim untuk menjaga/alam semesta sebagai wujud syukur kepada-Nya. |
Sejarah Peradaban Islam | Menampilkan Sejarah umat Islam yang mampu hidup berdampingan dengan toleransi yang tinggi dengan umat lain (masyarakat madani) pada masa Nabi Muhammad dan masa empat khalifah pengganti Nabi. |
| Menjelaskan Sejarah Islam dalam penyebaran Islam dengan damai keseluruh dunia melalui akultarasi dan kontekstualisasi ajaran Islam. |
| Menjelaskan kemajuan ummat Islam yang ditandai dengan penguasaan terhadap ilmu pengetahun, penghormatan yang tinggi pada tradisi ilmiah dan perbedaan pendapat. |
E. PARADIGMA HUMANISTIK, GURU PAI DALAM STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF DAN MENYENANGKAN.
Pembelajaran Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru PAI harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Misalnya dalam materi pembelajaran Fiqh,guru PAI memberikan kesempatan dan rangsangan agar siswa bertanya, mempertanyakan mengapa dan untuk apa disyariatkan sholat, puasa, zakat dan Haji.
Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran adalah sistem pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreatifitas, baik pengembangan kemampuan imajinasi maupun pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Pembelajaran kreatif dalam PAI, misalnya guru PAI membimbing siswa untuk memahami konsep-konsep dalam hukum Islam dalam konteks perkembangan ilmu dan teknologi dan perubahan di masyarakat, membimbing siswa untuk memahami konsep-konsep akhlak dan tasawwuf , seperti zuhud, wara’ dalam konteks kehidupan modern.
Sementara itu, Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman, aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu. Penggunaan strategi tesebut dimaksudkan agar siswa dapat terlibat aktif,
2. Konstektualisasi materi dengan realita sosial yang saya temui dalam Materi dosen aplikasi dan implikasi teori belajar humanistik dalam penerpannya sulit jika diterapkan dalam pembelajaran yang lebih praktis, namun karena teori ini ideal dan mempunyai karakteristik memanusiakan manusia, maka sangat cocok diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. kontekstualisasi menjadi penting karena berfokus pada pemahaman dan pengalaman individu sebagai inti dari proses belajar. Ini berarti bahwa materi pembelajaran harus relevan, bermakna, dan terkait langsung dengan pengalaman hidup siswa
3. Refleksi hasil konstektualisasi materi teori belajar humanistik, teori belajar humanistik sangat baik diterapkan dalam pembelajaran jika dilihat dari langkah-langkah aplikasi dan implikasinya sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran bermakna, namun guru harus benar-benar bisa menjadi fasilitator bagi peserta didik agar pembelajaran berjalan efektif seperti yang diinginkan dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dirancang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar