Guru Profesional
My Name Is Abdul Hendi

Selasa, 13 Agustus 2024

Resume Modul KB 1 Teori Belajar dan Pembelajaran

 

  •                                            PENDALAMAN MATERI 
                                                                                    (Lembar Kerja Resume Modul)


Nama ABDUL HENDI, S.Pd.I
Kelas  A K1 20241
Modul Teori Belajar dan Pembelajaran
Tugas  Resume Modul
Dosen Pengampuh          : Prof. Dr. Abdurrahmansyah, M. Ag. 


 

 

NO

BUTIR / REFLEKSI

RESPON/ JAWABAN

1

Peta Konsep (Beberapa istilah dan definisi) di modul bidang studi

A.   TEORI BELAJAR  BEHAVIORISTIK

1.    Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik

        Belajar, menurut teori behavioristik, adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh interaksi antara stimulus dan respon. Belajar adalah perubahan dalam kemampuan siswa untuk bertindak berdasarkan interaksi antara stimulus dan respons. Teori ini membagi input atau masukan, yang terdiri dari stimulus, dan output atau keluaran, yang terdiri dari respons.Stimulus adalah apa yang diberikan oleh guru kepada siswa, seperti daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau strategi pembelajaran khusus. Sementara itu, RESPON adalah bagaimana siswa menanggapi stimulus guru.

          Aliran behaviotistik juga melihat faktor penguatan, atau reinforcement, sebagai apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Penguatan positif meningkatkan respon, dan penguatan negatif menurunkan, meningkatkan respon.

Teori behavioristik berasal dari aliran psikologi behaviorisme, yang berpendapat bahwa lingkungan dapat memengaruhi perilaku manusia menjadi baik atau buruk. Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner adalah contoh ahli behaviorisme.

2. Teori Pembelajaran Behavioristik Para Ahli

a. Teori Belajar Edward Lee Thorndike

     berpendapat bahwa interaksi antara stimulus dan respons. sebabnya perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh kegiatan belajar dapat kongkrit, yang berarti dapat diamati, atau tidak kongkrit, yang berarti tidak dapat diamati. Karena menggunakan proses trial and error selama eksperimennya, teori belajarnya disebut teori "connectionism", dan dia menganggap belajar sebagai proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respons. Thorndike menemukan tiga hukum utama selama eksperimennya, yang menggunakan metode trial and error: Beberapa konsep utama dalam teori belajar Thorndike adalah:

1. Hukum Kesiapan (Law of Readiness):

Seseorang akan belajar lebih efektif jika mereka siap atau memiliki kesiapan untuk bertindak. Jika seseorang tidak siap, tindakan yang dipaksakan dapat menyebabkan ketidaknyamanan atau frustrasi.

2. Hukum Latihan (Law of Exercise):= Semakin sering suatu respons digunakan dalam menghadapi stimulus tertentu, semakin kuat hubungan antara stimulus dan respons tersebut. Dalam praktiknya, ini berarti latihan dan pengulangan memperkuat pembelajaran

3. Hukum Efek (Law of Effect): = Respons yang diikuti oleh hasil yang memuaskan cenderung diulang dan diperkuat, sementara respons yang diikuti oleh hasil yang tidak memuaskan cenderung tidak diulang.


Thorndike menemukan empat hukum tambahan selain yang disebutkan di atas:

1) Law of multiple response, yang berarti bahwa seseorang mencoba berbagai jenis respon sebelum menemukan yang paling tepat;

2) Law of attitude, yang berarti bahwa siswa hanya dapat belajar jika mereka memiliki kesiapan mental yang positif;

3) Law of partial activity, yang berarti bahwa seseorang dapat bereaksi secara selektif terhadap kemungkinan yang ada dalam situasi tertentu. Orang dapat membuat tingkah lakunya berdasarkan hal-hal yang penting dan meninggalkan hal-hal yang kecil atau tidak penting;

4) Law of response by analogy, yang berarti bahwa orang cenderung merespons situasi baru dengan cara yang sama seperti situasi sebelumnya.

 

b. Teori Belajar yang Dibangun oleh John Broades Watson (1878-1958)

John Broades Watson menyatakan bahwa adalah seorang behavioris murni karena penelitian tentang belajarnya berfokus pada pengalaman empirik—yakni apa yang dapat diamati dan diukur—dan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons, meskipun stimulus dan respons yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur.

Para tokoh dari aliran behavioristik mungkin mengabaikan hal-hal yang tidak dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti perubahan mental yang disebabkan oleh belajar, tetapi mereka tetap mengakui pentingnya hal tersebut.

c. Teori Belajar Edwin Ray Guthrie
Untuk menjelaskan proses belajar, Edwin Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon. Siswa harus diberikan stimulus sesering mungkin untuk memastikan hubungan antara stimulus dan respons tetap, karena hubungan ini cenderung hanya sementara.

Guthrie juga berpendapat bahwa hukuman sangat penting untuk proses belajar. Hukuman yang tepat dapat mengubah perilaku dan kebiasaan individu. Namun, setelah Skinner menemukan dan menyebarkan pentingnya penguatan (reinforcemant) dalam teori belajarnya, hukuman tidak lagi penting dalam pendidikan.

d.    Teori Belajar Menurut Burrhusm Frederic Skinner (1904- 1990)
     Salah satu tokoh behavioristik yang paling banyak diperdebatkan adalah Skinner. Ide-idenya tentang belajar tidak hanya dapat dijelaskan secara sederhana, tetapi juga dapat memberikan penjelasan yang lebih mendalam. Menurut Skinner, perubahan tingkah laku disebabkan oleh hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi dalam interaksi lingkungannya. Stimulus yang diberikan kepada seseorang pada dasarnya akan berinteraksi satu sama lain, dan interaksi antara stimulus tersebut akan mempengaruhi jenis respon yang diberikan.. Teori belajar behavioristik telah lama diterima oleh pendidik dan guru. Tetapi dari semua pendukung teori ini, teori Skinerlah yang paling banyak memengaruhi perkembangan teori belajar behavioristik. Program pembelajaran seperti mesin pembelajaran, program pembelajaran, modul, dan lainnya berfokus pada hubungan stimulus-respons.

3.    Kelemahan Teori Behavioristik

Ø  tidak dapat menjelaskan situasi belajar yang rumit karena ada banyak variable dan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan belajar yang tidak dapat diubah menjadi hanya hubungan antara stimulus dan respons.

Ø  Teori behavioristik ini juga tidak dapat menjelaskan perbedaan tingkat emosi siswa, meskipun mereka memiliki penguatan yang sama.

Ø  Selain itu, teori behavioristik cenderung mendorong siswa untuk berpikir konvergen, linier, tidak kreatif, dan tidak produktif.

Menurut Guthrie, hukuman sangat penting untuk belajar. Namun, Skinner tidak setuju dengan ini karena beberapa alasan:

1. Pengaruh hukuman pada perubahan tingkah laku sangat sementara.

2. Efek psikologis yang buruk dapat terkondisi jika hukuman berlangsung lama.

3. Hukuman dapat mendorong si terhukum untuk melakukan hal-hal yang lebih buruk—kadang-kadang lebih buruk dari kesalahannya—untuk menghindari hukuman. 

Berbeda dengan hukuman, Skinner memilih penguatan negatif. Ketidaksamaannya terletak pada fakta bahwa hukuman dimaksudkan untuk mendorong siswa untuk menghentikan tindakan yang dianggap tidak baik, sedangkan penguatan negatif dimaksudkan untuk mendorong siswa secara bertahap untuk mengurangi tindakan yang dianggap tidak baik. Oleh karena itu, guru harus mengurangi stimulus yang tidak menyenangkan setelah tindakan siswa yang tidak menyenangkan itu berkurang.

 

4.    Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Kegiatan Pembelajaran

    Ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, menurut teori para ahli:

- Dalam pembelajaran, ulangan atau tes diperlukan untuk mengajarkan siswa untuk memahami hubungan antara masalah dan solusinya atau antara pertanyaan dan jawabannya.

- Pengulangan materi (repetition) penting dalam pembelajaran karena dapat menyebabkan pembiasaan;

-  Siswa harus diberi stimulus yang menyenangkan untuk tindakan yang baik, seperti prestasi belajar yang baik, untuk memotivasi mereka untuk terus meningkatkan prestasinya. Sebaliknya, stimulus yang tidak menyenangkan untuk tindakan yang buruk, seperti prestasi belajar yang buruk karena males belajar, juga harus diberikan untuk memotivasi siswa untuk bekerja lebih keras lagi untuk meningkatkan nilai mereka.

Untuk membuat disiplin kelas yang efektif untuk proses pembelajaran, hukuman dan hadiah diperlukan. Sangat penting untuk memberikan apersepsi sebelum memulai proses pembelajaran karena proses pembelajaran akan berjalan secara efektif jika siswa sudah siap secara mental dan fisik. Hadiah atau hukuman harus bervariasi agar siswa tidak kebosanan.

B. Pengertian Pembelajaran Kognitif

1. Definisi Belajar Kognitif = Berbeda dengan teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif berfokus pada proses belajar daripada hasil belajar. Para penganut aliran kognitif menyatakan bahwa belajar dengan teori kognitif mencakup berbagai proses berpikir, bukan hanya hubungan antara stimulus dan respons (Nugroho, 2015: 290).. Menurut model belajar kognitif, persepsi dan pemahaman seseorang tentang situasi yang berkaitan dengan tujuan belajarnya menentukan tingkah laku mereka. . Kognitivisme mengakui bahwa faktor individu sangat penting dalam belajar tanpa mengabaikan faktor eksternal atau lingkungan. Kognitivisme menganggap belajar sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya yang berkelanjutan dan terjadi sepanjang hidup. Mengetahui lingkungan, melihat masalah, menganalisis masalah, mencari informasi baru, menarik kesimpulan, dan sebagainya digerakkan oleh kognitif, perabot dalam benak kita yang berfungsi sebagai "pusat" dari berbagai aktivitas kita (Nugroho, 2015: 291).


2. Teori Belajar Kognitif Para Ahli

a. Jean Raget (1896-1980)'s Theory of Development = Salah satu tokoh penting dalam bidang psikologi kognitif, Piaget, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap evolusi pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif didasarkan pada genetik, yaitu mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan bertambahnya usia, struktur sel syaraf seseorang semakin kompleks dan kemampuan mereka semakin meningkat. Piaget tidak percaya bahwa perkembangan kognitif dapat diukur secara kuantitatif. Ia mencapai kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan kualitatif dalam daya pikir atau kekuatan mental anak-anak di berbagai usia. Asimilasi dan akomodasi adalah dua bentuk adaptasi yang terjadi secara bersamaan. Akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami, sementara asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif yang ada saat ini. Dalam kasus di mana seseorang mengalami konflik kognitif atau ketidakimbangan antara apa yang telah diketahuinya dengan apa yang dilihat atau dialaminya saat ini, terjadi asimilasi dan akomodasi. Asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi—atau penyeimbangan—adalah langkah-langkah yang harus diikuti oleh proses belajar, menurut teori Piaget.

Tahap perkembangan kognitif ini dibagi menjadi empat tahap, menurut Piaget:

- Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun) Kegiatan motorik dan persepsi dasar anak menunjukkan pertumbuhan kemampuan mereka. Perkembangannya didasarkan pada tindakan, langkah demi langkah.

- Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun): Penggunaan simbol atau bahasa tanda dan perkembangan konsep intuitif adalah ciri utama perkembangan pada tahap ini.

   - Pre-operasi (usia 2-4 tahun). Pada titik ini, anak telah menguasai kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk mengembangkan ide-idenya.


- Tahap intuitif (usia 4–7 atau 8 tahun). Pada titik ini, anak-anak sudah dapat memahami kesan yang agak abstrak. Menarik kesimpulan seringkali tidak diucapkan dengan kata-kata.

- Tahap operasional konkrit (7 atau 8 hingga 11 atau 12 tahun) memiliki ciri penting perkembangan seperti anak mulai menggunakan aturan yang jelas dan logis dan menunjukkan adanya kekekalan dan perubahan. Anak-anak memiliki kemampuan berpikir logis, tetapi hanya untuk hal-hal yang nyata.

- Tahap Operasi Formal (umur 11/12-18).
Pada tahap perkembangan ini, ciri penting perkembangan adalah anak-anak sudah mampu menggunakan model berpikir "kemungkinan" untuk berpikir abstrak dan logis.

b. Teori Pembelajaran Jerome Bruner (1915–2016)

- Jerome Bruner sangat menghargai teori kognitif, terutama studi perkembangan fungsi kognitif. Dia menandai perkembangan kognitif manusia dengan tanda-tanda berikut:

- Kemajuan dalam menanggapi rangsangan adalah tanda perkembangan intelektual.

-  Perkembangan sistem penyimpanan data nyata sangat penting untuk peningkatan pengetahuan.

      -     Pembangunan kepercayaan pada diri sendiri dan kemampuan untuk berbicara tentang tindakan dan rencana dengan kata-kata atau simbol dikenal sebagai perkembangan intelektual.

       -    Untuk perkembangan kognitif anak, interaksi teratur antara orang tua, guru, dan pembimbing diperlukan. 

     -    Karena bahasa membantu orang berkomunikasi satu sama lain, bahasa sangat penting untuk perkembangan kognitif. Bahasa penting untuk berkomunikasi dan memahami konsep.

-     Kemampuannya untuk memikirkan banyak pilihan sekaligus, memilih tindakan terbaik, dan memberikan prioritas secara berurutan dalam berbagai situasi adalah tanda perkembangan kognitif. 

c.    Teori Belajar Menurut David Ausubel (1918-2008)

Ausubel mengatakan bahwa metode pendidikan saat ini sebagian besar menekankan belajar asosiatif, atau belajar menghafal. Siswa tidak mendapatkan banyak manfaat dari pembelajaran dengan cara ini. Belajar dikategorikan dalam dua dimensi. dimensi pertama, siswa menerima informasi atau materi pelajaran melalui penerimaan atau penemuan.

Ausebel menggambarkan  ada tiga keuntungan belajar bermakna: (1) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih mudah diingat, (2) Subsumsi informasi meningkatkan deferensiasi dari subsume subsume, sehingga lebih mudah untuk belajar materi yang mirip setelah lupa, dan (3) Informasi yang dilupakan setelah subsumsi memudahkan belajar materi yang mirip.

Belajar hafalan terjadi ketika struktur kognitif seseorang tidak memiliki konsep atau subsume-susumer relevan. Pengetahuan baru dipelajari secara hafalan dalam situasi ini. 

 

d.    Teori Belajar Menurut Gagne (1916-2002)

Menurut Gagne (dalam Dahar, 2011, hlm. 67), belajar konsep termasuk dalam hierarki delapan bentuk belajar, di mana setiap tingkat belajar bergantung pada tingkat sebelumnya. Hierarki belajar ini terdiri dari:

- Belajar tanda sinyal (signal learning)

- Belajar stimulus respon (stimulus response learning)

Belajar merangkai tingkah laku (behaviour chaining learning)

Belajar asosiasi verbal (verbal chaining learning)

Belajar diskriminasi (discrimination learning)

- Belajar konsep (concept learning)

- Konsep terdefinisi

Belajar memecahkan masalah


2

Daftar materi bidang studi yang sulit dipahami pada modul

Penerapan teori behavioristic dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran

Jika Anda menanyakan tentang teori belajar behavioristik dan teori kognitif, Anda harus berhati-hati agar tidak salah menentukan antara teori behavioristik dan teori kognitiv.

Tidak ada komentar:

PTK PRASIKLUS

    UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE MAKE A MATCH MATERI INDAHNYA SALING MENGHARGAI DALAM KERAGAMAN PADA SISWA K...