PENDALAMAN MATERI
NO | BUTIR REFLEKSI | RESPON/JAWABAN |
1 | Konsep (Beberapa istilah dan definisi) di KB | 1.HAKIKAT ILMU DALAM ISLAM a. Pengertian ilmu "Ilmu pengetahuan" berasal dari kata Arab "alima, ya'lamu", berarti "mengerti" atau "memahami dengan benar." "Ilmu" berasal dari kata "mengetahui", dan "ilmu pengetahuan" berarti kumpulan tindakan logis yang dilakukan dengan metodologi dan prosedur ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.. Jenis ilmu pengetahuan terdiri dari pengetahuan aksiomatis (‘ilmal dlarûriy), pengetahuan intelektual (‘ilm al-kasbiy), dan pengetahuan intuitif. Ilmu pengetahuan adalah representasi yang sah dari akal (tashwîr) tentang hakikatnya dalam semua aspeknya, kualitas, kuantitas, substansi, dan sifatnya. b. Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan Pengetahuan lebih tersebar luas. Ia adalah produk pengetahuan manusia tentang sesuatu yang belum diuji secara ilmiah. Pada dasarnya, kata Jujun S. Suriasumantri, pengetahuan adalah semua yang kita ketahui tentang sesuatu, termasuk ilmu. Oleh karena itu, ilmu adalah bagian dari pengetahuan manusia, bersama dengan pengetahuan lain seperti agama dan seni. Dalam hubungannya satu sama lain, ilmu membentuk intelegensia, yang membentuk kemampuan atau keterampilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan moralitas keilmuan, yang membentuk tingkah laku manusia dalam kehidupan. c. Hakikat Ilmu Pengetahuan Dalam setitik air dari samudera, merupakan pengetahuan Tuhan yang melimpah. Dalam penjelasannya tentang tiga dimensi pengenalan (ma'rifah) manusia kepada Allah: perbuatan (al-af'al), sifat (al-sifat), dan dzat (al-dzat), Al-Ghazali, samudera al-af'al : sumber dari seluruh pengetahuan manusia dalam konteks sains.Ruang angkasa yang tak terlihat termasuk dalam gambaran tindakan Allah yang begitu luas. Menurut rasionalisme, ada dua cara utama bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Kedua, empirisme mengutamakan pengalaman. Al-Ghazali membagi jiwa rasional ke dalam dua bagian, akal praktis (al-'amilah) dan akal teoritis, ketika intuisi muncul. Menurut tuntutan pengetahuan yang telah dicapai oleh akal teoritis (al-rûh al-hayawâniyyah), akal praktis dapat menggerakkan tubuh melalui daya daya jiwa sensitif. Selain itu, ia berfungsi sebagai jalur yang menyampaikan ide teoretis ke dalam daya penggerak (almuharrikah), sekaligus mewujudkannya. Akal praktis bertujuan untuk memperbaiki penampilan lahir manusia, sedangkan akal teoretis adalah akal kedua yang berkaitan dengan pengetahuan abstrak dan universal. Ia berkembang dalam empat tahap, yaitu a. Al-'Aql al-Hayulaniy (Akal Material). b. Al-'Aql bi al-Malakah (Akal Habitual). Akal ini disebut juga al-'aqlbi al-mumkin karena pada fase ini akal telah dimungkinkan untuk mengetahui pengetahuan aksiomatis (al-'ulûm al-dlarûriyyat) secara reflektif. Pengetahuan ini disebut sebagai pengetahuan rasional pertama (al-ma'qûlah al-ûlâ). Dalam al-Qisthâs alMustaqîm akal ini disebut dengan gharîzah al-'aql (insting akal). c. Al-'Aql bi al-Fi'il (Akal Aktual). tahap ketiga, akal dapat memperoleh pengetahuan rasional kedua dengan menggunakan pengetahuan pertama sebagai premis utama dalam silogisme (al-ma'qûlah al-tsâniyah). Pengetahuan pertama dianggap sebagai modal, dan pengetahuan kedua adalah hasil dari pemikiran. Pada titik ini, berpikir dengan menggunakan kekuatan al-mutakhayyilah yang ada di jiwa sensitif serta akal sehat. d.Al-Aql al-Mustafâd (Akal Perolehan). tingkat ini, akal telah memahami pengetahuan secara nyata dan menyadari fakta bahwa pengetahuan itu ada. Akal hanya bersifat pasif, menerima pengetahuan secara alami tanpa perlu berpikir. 3) Pengetahuan Intuitif (Ladunni) Al-Ghazali menggambarkan peran ilmuwan sebagai anak kecil (al-thifl) dan wali sebagai remaja (al-tamyîz). Ketidaktahuan intelektual anak-anak tentang kondisi remaja sama dengan ketidaktahuan para wali tentang kondisi remaja. Menurut penjelasan ini, agama Islam mengutamakan pengetahuan intuitif daripada pengetahuan rasional. Menurut ilmuwan dan filosof Barat, intuisi adalah proses mengeluarkan ide-ide dari subconscious kita. (Bergson mengatakan intuisi hanyalah salah satu jenis kecerdasan tinggi). Dalam wacana Islam, intuisi didefinisikan sebagai jenis ilmu hudluriy yang dimiliki seseorang secara pasif, baik secara langsung dari Allah atau melalui perantara. Malaikat (Akal Aktif) atau Lauh Mahfuzh (Jiwa Universal) dapat berfungsi sebagai perantara. 3.KLASIFIKASI ILMU DALAM KHAZANAH INTELEKTUAL ISLAM Secara umum, Aristoteles membagi ilmu kepada dua bagian pokok, yang kemudian melahirkan sejumlah cabang lainnya: a. Ilmu teoretis. Jenis ilmu ini semata pengetahuan, yang terbagi pada tiga bagian: 1) ilmu metafisika/ filsafat/ ketuhanan (teologi) yaitu jenis ilmu yang membahas tentang wujud mutlak. 2) ilmu matematika, yakni pembahasan tentang wujud dari sudut ia adalah ukuran dan jumlah; 3) ilmu fisika, yakni pembahasan tentang wujud dari perspektif yang dapat diindera dan bergerak. b. Ilmu praktis. Tujuannya adalah pengetahuan untuk mengatur perbuatan manusia yang terbagi kepada empat bagian: 1) ilmu akhlak; 2) ilmu pengaturan rumah; 3) ilmu politik; 4) ilmu seni dan puisi. Muhammad Al-Bahi membagi ilmu menjadi dua kategori: ilmu yang berasal dari Tuhan dan ilmu yang berasal dari manusia. Al-Kindi mengatakan bahwa pengetahuan ada dua jenis. Yang pertama adalah pengetahuan Ilahi, yang digambarkan dalam Al-Qur'an sebagai pengetahuan yang diterima nabi dari Tuhan berdasarkan iman. Yang kedua adalah pengetahuan manusiawi, juga dikenal sebagai filsafat, yang didasarkan pada pemikiran akal.
|
2 | Daftar materi pada KB yang sulit dipahami |
Pengetahuan adalah hasil dari pemahaman manusia tentang hal-hal yang belum diuji secara ilmiah, dan tidak sama dengan ilmu. Pada dasarnya, kata Jujun S. Suriasumantri, pengetahuan adalah semua yang kita ketahui tentang sesuatu, termasuk ilmu. Oleh karena itu, ilmu, bersama dengan jenis pengetahuan lainnya, adalah salah satu yang diketahui manusia. Ilmu membentuk intelegensia, yang menghasilkan keterampilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, pengetahuan membentuk daya moral keilmuan, yang kemudian membentuk tingkah laku manusia. Bagaimana cara kita mengenal Allah swt melalui ilmu pengetahuan? Menurut pendapat Imam al-Ghazali, ada tiga dimensi pengenalan manusia kepada Allah: perbuatan-Nya (al-af'al), sifat-Nya (al-sifat), dan dzat-Nya (al-dzat). |
3 | Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi dalam pembelajaran |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar